Sepanjang Ideafest
digelar, ini adalah kali pertamanya aku ikutan. Aku sih pernah dengar acara ini
di tahun-tahun sebelumnya. Cuma memang baru rezekinya tahun ini bisa gabung.
Okey, ideafest tahun ini
dibuat dua hari. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan aku cuma ngambil yang
satu hari saja. Tiket satu hari Rp. 1.100.000,- karena kami dari lembaga
pendidikan, beli tiket satu gratis satu. Horee...
Setelah dapat tiket elektroniknya,
di hari Jumat, 26 Oktober aku dan teman satu sekolah berangkat menuju JCC.
Terus terang, aku sudah lama nggak berkelana ke Jakarta. Kalau nggak
penting-penting banget kayaknya enggan menginjakkan kaki.
Kami naik kereta pagi
sekitar jam delapanan karena acara dimulai jam sepuluhan. Jadi nyantailah ya!
Aku pikir jam delapan kereta nggak penuh kayak biasanya, tapi ternyata tetap
penuh. Stasiun tujuan akhir kami adalah Stasiun Cawang. Dari Stasiun Cawang
menuju ke JCC bakal kami ditempuh dengan dua opsi, opsi pertama naik
transportasi online. Opsi kedua naik Trans Jakarta. Nah, opsi pertama setelah
cek di gocar maupun grabcar harganya nggak masuk akal karena lagi ada di jam
sibuk. Pilihan ada di opsi kedua dong. Tapi kartu flazz nggak terbawa. Untung
saat di kereta, aku ketemu teman dan meminjamkan kartu flazznya. Alhamdulillah.
Turun dari Stasiun Cawang,
kami jalan menuju busway Trans Jakarta. Setelah isi ulang kartu, akhirnya kami
naik busway menuju ke JCC. Sepanjang jalan, macet nggak bisa dihindari.
Pembangunan di sepanjang jalan membuat jalanan semakin menyempit sedangkan volume
kendaraan banyak seperti biasa sehingga bus dan mobil-mobil lainnya jalan melambat.
Seingatku, waktu tempuh
dari Stasiun Cawang menuju ke JCC kurang dari setengah jam. Sedangkan ini sejam
lebih. Luar biasa perjuangannya.
Sekitar jam setengah
sebelasan, kami sampai di JCC. Sepanjang lobi sudah terlihat antrean panjang.
Bingunglah ya. Ini antrean buat beli tiket, buat nukerin hadiah atau buat
apaan? Mana panitia nggak ada lagi. Akhirnya, aku tanya ke satpam yang jaga.
Elektronik tiket yang didapatkan harus ditukar jadi tiket cetak yang jadi tanda
masuk. Oalah....
Antrean dibagi menjadi
tiga baris, panjangnya luar biasa. Ada kali, satu antrean seratus orang. Ini
yang bikin aku agak heran, antrean panjang begini yang ngelayanin cuma tiga pos
buat redempton tiket. Mana ini hari Jumat dan kudu siap-siap buat sholat Jumat.
Dan... jam sudah setengah sebelasan. Hadeeeh....
Antrean panjang untuk redemption tiket
Antrean makin mengular. Sekitar
jam setengah duabelas akhirnya, aku bisa ketemu sama panitia yang melayani
proses redemption. E-tiket ditukar jadi name tag beserta barcode dan nama kita.
Baru aja beres nukerin tiket. Eh, antrean yang berbaris diperbolehkan masuk.
Nggak perlu redemption tiket karena waktunya sudah mepet. Jadi kalau mau masuk
ke kelas-kelas tinggal menunjukkan e-tiketnya. Hmme.... panitia emang
benar-benar nggak jelas.
Akhirnya kami masuk ke
JCC. Karena waktu sudah masuk Jumatan, aku berwudhu dan sholat Jumat dulu di
Ruang Cendrawasih yang diset untuk sholat.
Selesai sholat Jumat, aku
cari rundown acara karena tadi nggak dikasih pas redemption tiket. Keluar lagi
lah kita. Dan akhirnya dapat rundown acaranya. Kalau dilihat acaranya
keren-keren, ada sekitar 70an kelas di hari pertama dengan tokoh-tokoh
inspiratif.
Jam satu sesuai di jadwal,
aku mengambil kelas Travelling, The Spending That Makes You Riches. Saat menuju
ke ruangan, Musk Room. Antrean sudah membludak. Aku mikir keras. Ini bisa jadi
karena temanya emang yang keren, atau speakernya yang menarik. Christian
Sugiono gitu loh, aktor dan founder Males Banget Dot Com (MBDC).
Christian Sugiono founder MBDC
Semua peserta sudah duduk
manis di bangkunya masing-masing. Sebagian yang nggak kebagian tempat duduk
berdiri di kanan dan kiri ruangan. Suara panitia terdengar menenangkan peserta.
“Baik, harap tenang karena
kelas How To Deliver Powerful Message As A Female Leader bersama Desy Bachir
dan Karina Nadila akan dimulai!”
Loh kok?
“Maaf akan perubahan ini.
Semua acara jadi mundur karena opening acara Ideafest yang juga mundur.”
Gubraklah!
Sebagian besar peserta
yang mau ikut kelas travelling berangsur-angsur meninggalkan ruangan termasuk
aku. Jadi kelas yang harusnya dilaksanakan jam 11an mundur jadi jam satuan.
Berarti semua acara mundur semuanya ya.
Akhirnya, aku mengambil
kelas Workshop: Understanding Vlog And Daily Content Creation bareng Fathia
Izzati. Setidaknya aku pernah melihat youtubenya Izzati. Jadi nggak berasa
asing-asing banget.
Sejam berikutnya, aku
balik lagi ke Musk Room ikut kelas Travelling bareng Christian Sugiono.
Dilanjutkan kelas Light of Hope for Indonesia bareng Dian sastro dan Satu
Indonesia Awards di ruangan yang sama.
Satu Indonesia bersama Dian Sastro
Karena ada beberapa
perubahan kelas, aku masih kebagian kelas Scaling Up Your Culinary Business dan
You Are What You Read: Good Content Leads to Godd Life barengan Chelsea Islan.
Setelah maghrib, acara
tambah molor. Kelas yang seharusnya dimulai jam 6 sore molor jadi jam tujuh lebih. Acara yang seharusnya beres jam 20.15, selesai jadi jam setengah
sepuluhan.
Molor dan perubahan
acaranya sih enggak masalah. Tapi yang bikin aku bingung tuh, panitianya pada
kemana. Sebenarnya ada, cuma karena pakai kaos warna hitam yang di depannya
bertuliskan Idea Fest jadi kurang dikenali. Yang pakai baju warna hitam kan
banyak. Jadi kalau mau tanya-tanya perlu cari-cari dulu.
Terus ada kelas-kelas yang
dibatasi jumlah audiencenya, kayak kelas Raditya Dika. Setahuku dari obrolan
sesama peserta, kelasnya cuma dibatasi 20 hingga 30 orang. Kan sayang banget.
Masalahnya acara ideafest ini bukan acara gratisan, acara berbayar yang nggak
juga dikatakan murahan kan?
Selain itu, materi di
kelas-kelas kurang mendalam sih menurutku. Masih sekitaran kulitnya. Ada kelas
yang bagus tentang Special Needs, tapi kebanyakan speakersnya, jadi waktu satu
jam nggak cukup buat para speakers menjelaskan materinya satu persatu. Ujung-ujungnya
pertambahan waktu. Tambah lima menit, jadi lima belas menit terus jadi 30
menit. Dan kelas berikutnya molor berlipat-lipat.
Ada kelas yang speakersnya
bagus, seperti penulis buku Resign Almira Bastari dan penulis sekaligus
youtuber Ria Sukma Wijaya tapi moderatornya nggak asik. Hmme...
Ketemu Ria SW
Semoga Ideafest
berikutnya, audience yang sudah beli tiketnya nggak perlu tukar tiket lagi
dengan antrean panjang. Padahal di dalam, kelas-kelas sudah mulai. Jejak panitia
yang lebih terlihat dengan pakai kaos yang designnya eye catching. Perubahan
kelas yang diinformasikan segera. Time keeper yang tegas agar satu kelas nggak molor
dan berimbas kemoloran kelas-kelas berikutnya. Dan materi kelas yang nggak
sekedar kulitnya doang, beberapa kelas materinya sudah mendalam, beberapa masih
kurang.
Sayang sekali sih, acara
sekelas Ideafest beberapa hal tidak dikelola dengan baik.
Ya, terlepas dari itu
semua. Acara Ideafest itu salah satu festival tahunan yang ditunggu-tunggu
karena menghadirkan tokoh dan kelas yang inspiratif. Apakah acaranya bakalan lebih rapi dari
tahun 2018 ini? We’ll see!