Beberapa bulan ini nafsu
makanku berkurang drastis. Makan tuh cuma sekedarnya doang. Kalau nemu makanan
ya tinggal makan saja. Nggak kayak
sebelum-sebelumnya, proses makan adalah hal yang ditunggu-tunggu: menikmati
makanan dengan dikunyah perlahan-lahan sambil berbincang dengan rekan kerja, makan
secara berkesadaran dan penuh dengan rasa syukur atas apa yang sudah Allah
kasih ke kita. Pokoknya proses makan itu membahagiakanlah.
Aku sih sadar, tumpukan
pekerjaan dan pikiranlah yang akhirnya membuat waktu makan bukan hal yang
ditunggu-tunggu. Karena, pola dalam otak memikirkan banyak hal, habis ini
ngerjain ini, habis itu ngerjain yang lain, begitu seterusnya, sehingga waktu
makan kadang telat, kadang malah enggak makan atau kalau pun akhirnya makan
jatuhnya buru-buru. Mungkin karena aku dapat amanah baru jadinya belum
menemukan pola yang pas.
Masalahnya, makan
sekedarnya ini kebawa sampe di rumah. Hmme.... kebayang kan istri udah
capek-capek masak, kita makannya sedikit. Atau baru makan gorengan beberapa,
perut sudah merasa kenyang. Nggak mau makan lagi.
Coba untuk minum jamu
penambah nafsu makan bukan pilihan. Dan enggak pernah jadi pilihan sih. Atau
ngikutin kata hati untuk makan di tempat favorit dengan menu yang enak. Herannya
baru sesuap sepuluh suap, perut sudah merasa kenyang. Kan repot. Terus bingung,
kemana nafsu makan pergi? Kenapa nggak bisa menikmati lagi?
Di tengah pencarian
jawaban atas kebingungan hati. Di sebuah pagi, aku buka salah satu channel
youtube. Terus lihat salah satu youtuber lagi pergi ke sebuah tempat makan
untuk nyobain makanan di sana. Aku yang biasanya ogah ngikutin tingkah polah
beberapa youtuber Indonesia yang kadang konten channel youtubenya aneh, tapi tumben
aku bisa bertahan lama buat ngikutin channel youtuber satu ini.
Ria Sukma Wijaya,
subscriber 1.8 juta.
Channel youtube Ria SW
Pertanyaan selanjutnya,
kemana aja aku selama ini? Baru lihat youtuber bernama Ria SW yang ternyata
sudah terkenal dan beberapa kali masuk televisi. Terus rata-rata viewers nya di
atas tiga jutaan.
Khusyuklah akhirnya
menonton konten videonya Ria. Yang aku suka, Ria nggak mematok harus makan di
tempat mana. Kadang makan di pinggir jalan, kadang makan di restoran mewah, yang
penting enak dan sesuai seleranya. Dan yang paling buat aku kagum, Ria hampir
selalu ngabisin makanan yang dipesan. Jadi bukan sekedar icip-icip doang.
Setiap video yang diunggah
Ria selalu diedit dengan baik dengan penambahan beberapa efek dan sound yang
sesuai. Jadi kalau lihat videonya berasa lagi nonton program acara-acara
kuliner di televisi. Hebatnya lagi, proses editing video dilakukan Ria sendiri.
Buat ambil gambar, biasanya Ria ditemani oleh temannya yang berganti-ganti,
kadang ada Ara, kadang Dennis.
Pembawaan Ria yang supel,
ramah dan ceria membuat videonya makin seru buat diikutin. Jadi setiap ada
kesempatan, kerjaanku nonton video-video Ria yang sudah dibuat dari tahun 2016.
Alamak, betapa telatnya aku.
Nah, gara-gara melihat Ria
makan di videonya, entah mengapa nafsu makanku yang suka hilang mulai ketemu.
Alhamdulillah. Jadi kalau makan sudah mulai menikmati dan sudah lumayan banyak.
Sugesti dari video youtubenya Ria sudah mulai masuk ke otak dan pikiran.
Saat Ideafest yang digelar
di JCC (baca di sini keseruannya), aku lihat banner yang digantung di atas
langit-langit di pintu masuk. Banyak artis yang hadir sebagai pembicara maupun
sebagai moderator. Terus, aku cek instagramnya ideafest. Huaa, betapa
bahagianya, ada Ria SW di situ. Dan Ria SW bakal hadir di hari pertama Ideafest
dan bertepatan dengan kehadiranku.
Hadir di Ideafest 2018 (sumber instagram @ideafest)
Setelah dapat rundown
acara, aku cek satu-satu kira-kira Ria ada di acara yang mana. Selama seharian
ada sekitar 70-an kelas. Dan Ria SW ada di salah satu kelas di jam terakhir.
Jam tujuh malam dan selesai jam delapanan. Baiklah karena niatnya memang
mengikuti Ideafest dari awal sampai akhir, aku akan ambil kelasnya Ria.
Oh ya, di kelas malam, Ria
SW akan berbagi dan diskusi bersama di talkshow bertajuk Digital to Print:
Multiplatform Aspect To A Mega Best Selling Book. Setelah sukses dengan vlog di
channel youtubenya, Ria juga membuat buku Off the Record. Ria nggak sendirian,
dia bersama Almira Bastari penulis buku Resign menjadi speaker di kelas
tersebut.
Kelas demi kelas telah
kulalui (jiaah). Sebelum ikut kelasnya Ria, di ruangan yang sama aku ikut kelas
tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Walau sebenarnya aku lumayan ngelotok
di dunia per-ABK-an, tapi lihat dari sudut pandang lain bolehlah. Karena
pembicara yang banyak di kelas ini (ada empat orang) dan talkshow dilakukan
selama satu jam jadi molor waktunya. Sebelumnya sih sudah molor karena
pembukaan yang dihadiri oleh Bapak Jokowi.
Jadilah kelas Digital to
Print molor sekitar satu setengah jam. Lumayan kan. Yang harusnya mulai jam
tujuh malam, ini jadi mulai sekitar jam setengah sembilanan. Ngaret banget kan?
Karena ke JCC, aku naik motor bareng teman satu sekolah, kami nggak bisa sampai
larut malam. Ini karena motor yang dititipin di stasiun cuma sampai jam 11
malam.
Tapi aku tetep keukeuh
nungguin Ria (persis kayak anak alay ha...ha...ha...). sebelum acara mulai,
panitia lagi mempersiapkan tempat. Eh, Rianya udah nongol di belakang panggung
terus masuk ke dalam kelas. Tanpa berlama-lama, aku dan dua temanku langsung
nyamperin dan minta foto bersama.
Piss! Foto bersama Ria SW
Cekrak-cekrek beberapa kali
Di kelas Ideafest sebelumnya
ada Christian Sugiono, Dian Sastrowardoyo, Chelsea Islan, Andien, Fathia
Izzati, Marissa Anita dan Ria SW. Dan bagiku yang ramah banget dan nggak pelit
buat diajakin foto ya Chelsea Islan dan Ria SW. Mereka berdua itu ya udah kece,
ramah dan supel.
Karena mau buru-buru ke
stasiun, aku nggak bisa ikutan full kelas Digital to Print: Multiplatform
Aspect To A Mega Best Selling Book. Di kelas itu selain pengen tahu tentang
materinya, aku juga pengen mendengarkan suara Ria secara langsung ha... ha...
ha.... Kalau dibilang fans atau penggemar sih biasa saja. Cuma aku suka saja
dengan pembawaannya Ria yang supel dan ceria.
Alih-alih nunggu giliran
Ria ngomong, moderator kelas Digital to Print bertele-tele banget. Sayang sih,
kelas dengan speaker yang keren moderatornyanya membosankan. Aku sempat keluar kelas
karena kedua temanku sudah mondar mandir di pintu masuk agar kami segera pergi
ke stasiun.
Karena penasaran yang
nggak kunjung reda, aku balik lagi, masuk ke dalam kelas. Seriusan, cuma pengen
dengar suara Ria langsung menjelaskan sesuatu beberapa kalimat dan paragraf. Dan,
saat Ria ngomong tentang seluk beluknya membuat buku Off The Record, penasaranku
akhirnya hilang. Aku langsung bergegas keluar dan menemui kedua temanku yang
sudah menunggu.
Di kereta, aku diledek
kedua temanku. Tapi kalau kupikir-pikir, di usia yang sudah enggak muda begini,
masih saja lagakku kayak bocah ha... ha... ha.... Tapi, gara-gara sugesti video Ria, nafsu
makanku berangsur-angsur membaik. Dan ini yang penting, ketemu banyak orang dengan
pembawaannya yang berbeda-beda membuat kita belajar banyak tentang karakter dan
proses kehidupan.
Alhamdulillah.
Baca juga:
Tidak ada komentar
Posting Komentar