Saya menemukan novel Lefie
secara tidak sengaja. Saat itu saya memilah-milah buku baru dari sumbangan
orangtua murid yang anaknya baru saja lulus dari sekolah dasar. Sebagai guru
literasi saat itu, salah satu tugas saya adalah menyeleksi buku yang cocok
dibaca anak-anak. Biasanya saya akan membaca cepat atau melihat-lihat gambar
yang ada di buku. Jika memiliki waktu yang cukup banyak, saya akan membawa
pulang buku untuk dibaca di rumah.
Saat novel Lefie ada di
tangan, reaksi saya biasa saja. Saya pikir ini novel untuk anak-anak seperti
novel kebanyakan. Pikiran saya makin tidak memihak ketika penulis novel ini
adalah penulis dari Korea Selatan. Bukan under
estimate dengan karya penulis luar, namun saya agak ragu dengan penerjemah
yang biasanya menerjemahkan buku asing. Biasanya pesan yang disampaikan pada
novel tidak sampai karena terjemahan yang kurang sesuai. Namun, dugaan saya
keliru. Saat pertama membaca bagian awal cerita, saya langsung jatuh cinta.
Lefie:
Ayam Buruk Rupa dan Itik Kesayangannya
Cover Buku Lefie Versi Indonesia
Lefie, seekor ayam buruk
rupa adalah satu dari ribuan ayam petelur yang hidupnya haya makan dan bertelur
di dalam kandang di sebuah peternakan. Lefie merasa ini bukan tujuan hidup
sesungguhnya. Kegundahan hati Lefie makin kuat ketika di seberang kandang, di
sebuah pelataran, tinggallah ayam jantan bersama beberapa ayam betina yang
menjadi induk untuk anak-anaknya. Lefie berpikir bahwa tujuan hidup lebih dari
sekedar makan dan bertelur. Lefie ingin seperti ayam betina pada umumnya,
bertelur kemudian mengerami telur-telurnya hingga menetas. Lalu membersamai
mereka hingga dewasa.
Lefie kemudian mogok
makan. Ini ia lakukan agar ia kurus dan tidak bertelur. Biasanya ayam-ayam yang
tidak bertelur dan terlihat sakit dan sekarat akan dibuang oleh pemilik
peternakan di sebuah lubang. Tak-tik ini yang rupanya Lefie rencanakan. Dan benar
saja, tak-tik ini berhasil. Lefie yang sudah jarang bertelur dan terlihat mulai
sekarat dibuang pemilik peternakan di lubang pembuangan ayam.
Namun, cita-cita Lefie tidak
semulus perkiraan. Rupanya, di sini serunya novel ini. Hwang Sun-mi selaku penulis mampu membuat pembaca penasaran untuk
tetap melanjutkan kisah Lefie.
Di lubang pembuangan,
Lefie sudah diincar srigala. Namun, cita-citanya sudah kuat, tekadnya sudah
bulat. Tubuhnya yang rapuh dan ringkih tidak menjadi penghalang bagi Lefie. Ia patuk
srigala dengan kekuatan yang tidak seberapa. Perlawanannya ternyata membuat ciut
srigala.
Lefie berhasil keluar dari
lubang pembuangan. Tujuannya adalah menuju pelataran di mana ayam betina dan
ayam jantan berada. Ia ingin bergabung.
Perjuangan untuk kembali
menuju fitrah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saat sampai di
pelataran, tempat ayam jantan dan betina tinggal dan bercengkrama, Lefie diusir
karena terlihat buruk rupa dan menjijikkan.
Merasa tidak diterima,
Lefie memutuskan untuk tinggal di semak-semak. Saat ia merasa mulai frustasi,
ia menemukan telur di semak-semak tersebut. Lefie bahagia, penemuan telur itu
membuat hatinya berbunga-bunga. Cita-citanya menjadi seorang ibu bisa terwujud.
Lantas... Lefie mengerami
telur itu. Ia bolak balik masuk ke semak-semak dan berdiam cukup lama untuk
mengeram. Perjuangan Lefie mengeram dan melindungi telurnya tidak berjalan
mulus. Musang sudah mengintai. Namun, ada saja tangan-tangan kebaikan yang
menolong Lefie dan telurnya.
Nafas saya tersengal
ketika Lefie harus berjuang melawan musang, atau cibiran ayam betina dan ayam
jantan atau saat ia harus melawan serangan srigala yang ingin memangsanya.
Kadang saya tersenyum ketika melihat bagaimana Lefie bertindak sebagai seorang
induk yang mengayomi telurnya. Atau saya berduka dan kecewa meski penuh dengan
kelegaan saat membaca akhir cerita. Penulis novel Lefie mampu mengaduk-aduk
emosi pembaca.
Berkaca pada novel ini, Lefie
adalah kita, sosok makhluk yang mencari makna dan hakikat kehidupan yang
sesungguhnya. Rutinitas yang monoton ditambah ambisi hidup yang tak
berkesudahan membuat kita mungkin berpikir, apa selanjutnya? Mau begini terus?
Lefie seakan mengingatkan
kita bahwa fitrah makhluk hidup itu bukan sekedar melakukan rutinitas lantas
melampiaskan segala ambisi. Ada tujuan-tujuan hidup yang harus dicapai. Ada hal
yang lebih besar dari kehidupan yang harus diselesaikan. Ada nilai-nilai yang
harus disebar di sekitar agar kebermanfaatan makin melebar.
Satu lagi. Kembali ke fitrah.
. Dalam KBBI, fitrah diartikan sebagai sifat asal; kesucian; bakat; pembawaan. Lefie
ingin kembali ke kodratnya, menjadi induk yang bertelur secara alami lalu
mengeram dan membesarkan anak-anaknya. Sederhana namun penuh lika liku.
Setidaknya itu hikmah yang
saya dapatkan setelah membaca buku ini. Bagi saya, ini adalah salah satu novel
terbaik yang pernah saya baca.
Selesai membaca kisah Lefie,
saya mengembalikan buku ini ke perpustakaan sekolah. Dan saya merekomendasikan buku
novel ini untuk dibaca oleh anak-anak.
Kemudian saya pergi ke
toko buku untuk mencari novel ini. Sayang sampai detik ini, saya belum
mendapatkan novel bagus ini.
***
Judul Buku: Lefie: Ayam
Buruk Rupa dan Itik Kesayangannya
Judul Asli: Madangeul Naon
Amtak
Penulis: Hwang Sun-mi
Alih bahasa: Dwita Rizki
Nientyas
Penerbit: Qanita
Jumlah halaman: 224
halaman
***
Baca juga!
Tidak ada komentar
Posting Komentar