Acara pencarian bakat di
Indonesia dan dunia tidaklah sedikit. Banyak acara-acara pencarian bakat yang
bermunculan lalu hilang namun banyak juga acara pencarian bakat yang masih
bertahan. Tahun lalu Indonesian Idol yang tayang di RCTI dengan versi dewasa dan
junior menyihir hati banyak pemirsa. Dari ajang ini juga muncul banyak penyanyi
penyanyi yang hingga kini diperhitungkan di jagad industri musik Indonesia.
Sebut saja Bianca Jodie yang berhasil menembus industri hiburan tanah air dan
telah mengeluarkan dua lagu. Masih di ajang Indonesian Idol, ada Marion Jola
yang pamornya di tahun 2018 cukup diperhitungkan. Di beberapa ajang penghargaan
musik, Lala begitu ia akrab disapa berhasil menggondol penghargaan kategori
pendatang baru terbaik. Yang paling gress adalah kemenangannya di MAMA yang
digelar di Korea. Selain Bianca Jodie dan Marion Jola, jebolan Indonesian Idol
2018 yang juga cukup diperhitungkan adalah Ghea Indrawari, walaupun single
perdananya yang bertajuk Rinduku tidak sebooming lagu perdana Jodie dan Lala,
namun nama Ghea masih terdengar hingga kini dibandingkan sang juara, Maria Simorangkir.
Dari Indonesian Idol
Junior, ada Anneth yang muncul dengan kualitas vokal penuh teknik apik.
Beberapa kali video Anneth saat gelaran Indonesian Idol Junior berhasil
trending. Masih di ajang yang sama, ada Nashwa yang muncul dan menjadi bahan
pembicaraan netijen. Video audisi Nashwa berhasil menjadi trending topik di
youtube, hingga kini video audisi Nashwa berhasil menembus 32 juta penonton.
Menakjubkan. Sayangnya, vokal Nashwa yang tidak secangih Anneth membuat netijen
kesal. Apalagi saat Nashwa berhasil masuk babak spektakuler, netizen tak
habis-habisnya melakukan perundungan alias bullying
terhadap Nashwa karena performancenya
yang dinilai tidak pantas untuk masuk babak spektakuler. Di indonesian Idol
Junior 2018 kemarin, Nashwa hanya sampai di lima besar.
Magnet kuat ajang
pencarian bakat rasanya tidak henti-henti mencari “mangsa”, setelah ajang
Indonesian Idol. Di Global Tv muncul The Voice Indonesia. Hingga kini The Voice
masih berada di babak blind audition.
Saat The Voice berlangsung, di RCTI muncul kembali Rising Star Indonesia (RSI).
Ini sudah kali ketiga RSI diadakan dan saya lumayan mengikuti dan ikutan vote, terutama di Rising Star Indonesia
Sesi pertama. Saat itu, persaingan sengit antara Indah Nevertari dan Hanin
Dhiya. Kebetulan kedua nama itu yang punya penggemar yang lumayan. Kalau video
Indah atau Hanin muncul di kanal youtube, dua kubu penggemar dari masing-masing
kubu akan “perang” komentar merasa jagoannya yang paling keren.
Saat Rising Star sesi
kedua tayang, saya juga mulai mengikuti tapi tidak ikutan ngevote. RSI kedua kurang greget dan pesertanya kurang saya suka.
Eh, tapi ada satu peserta yang menarik perhatian saya yaitu kehadiran Zerosix Park.
Setiap tampilan dari Zerosix Park terkonsep dengan baik dan sangat sangat interaktif. Hasil voting mereka selalu tinggi, sering di
atas 90%. Cuma di RSI sesi kedua ini, saya hanya penikmat saja, tidak memasang
aplikasi Rising Star untuk ikutan voting.
Sampai akhirnya Grand
Final RSI kedua, saya lebih memilih nonton lewat youtube. Saat itu ada empat
peserta yang masuk ke Grand Final, mereka adalah Fauziyah Khalida, Andmesh Kamaleng,
Trio Wijaya dan Zerosix Park.
Yang menarik dan jadi
perhatian para netizen adalah saat Zerosix Park tampil membawakan lagu Runaway
Baby. Skor yang harus mereka tembus adalah sebesar 73%. Vokalis pun mulai
bernyanyi, mula-mula skors naik perlahan hingga mencapai 29%, kemudian juri
ekspert Rossa vote 5% dan bertambahlah menjadi 34%. Kemudian vote berubah
menjadi 0%, kemudian naik 6%, juri ekspert Judika vote 5% kemudian naiklah
menjadi 11%. Kemudian informasi vote hilang lalu muncul lagi. Di akhir lagu
presentase voting untuk Zerosix Park hanya mencapai 71% dan Zerosix Park harus
puas di posisi 4.
Selesai?
Penonton di studio protes.
Juri-juri ekspert terheran-heran terutama Ariel, Rossa dan Judika. Anang
berusaha untuk “membela” tim RSI dengan komentar yang berbelat-belit dan
disorakin penonton.
Masalah ternyata tidak
sampai di situ. Saat video mereka ditayangkan di kanal youtube, beragam cacian
tidak becus terhadap acara Rising Star dilontarkan oleh netizen. Di video
tersebut sebanyak 13 ribu yang dislike dan 2700 yang like. Banyak yang
bersumpah untuk tidak menonton acara ini lagi.
Rising
Star Indonesia Season Ketiga
Saya tidak terlalu
mengikuti, hanya sesekali lihat di youtube. Melihat peserta-peserta yang
berpotensi untuk tembus di dunia hiburan tanah air. Sekadar mengamati saja sih. Room
Audition beberapa kali digelar dilanjutkan dengan live audition. Ada yang menarik saat live audition pertama digelar, di awal-awal acara banyak peserta
yang kualitasnya bagus tidak berhasil mengangkat layar besar interaktif.
Penonton di studio heran, juri ekspert juga heran. Ada salah satu peserta muda
Jacqueline Caroline yang tidak mampu mengangkat layar interaktif karena skor
voting tidak sampai 70%. Untung saja Rossa, menyelamatkannya dengan memberikan golden vote.
Banyak netijen yang
menyayangkan hal ini terjadi. Beberapa menganalisa kalau aplikasi Rising Star
tidak dapat login, dengan artian aplikasi Rising Star Indonesia tidak siap
dalam memulai acara ini. Ada juga yang menganalisa kurangnya sosialisasi dari
pihak penyelenggara dan acara yang ditayangkan di atas jam sembilan malam
dengan iklan iklan yang hadir membuat acara Rising Star Indonesia terlalu malam
ditayangkan. Jam segitu saya memilih untuk tidur dan lebih memilih untuk melihat
hasilnya lewat youtube.
Namun ada yang menggelitik
saya saat membaca komentar para netizen. Banyak yang mencibir malas nonton dan
tidak akan ikut-ikutan vote karena
masalah voting di Grand Final Rising Star Indonesia kedua yang membuat Zerosix
Park tersingkir. Rupanya voter sudah
tidak percaya lagi.
Lalu?
Saya pribadi sudah tidak
terlalu “ngoyo” untuk mengikuti langsung dari televisi. Apalagi acara ini
ditayangkan larut malam yang seharusnya jadi waktu istirahat. Untung ada kanal
youtube yang bisa dilihat kapan saja dan di mana saja. Jadi mengamati perkembangan
acara cukup dari situ saja, apalagi nonton via
youtube tidak harus melihat rentetan iklan bejibun yang tidak kalah menyita
waktu.
Soal vote, saya hanya ikutan voting di RSI season pertama, selebihnya
sudah tidak pernah. Kalau untuk voting via
sms untuk acara Indonesian Idol, The Voice dan ajang pencarian bakat lainnya,
sama sekali tidak pernah. Alasannya sesuka apapun saya terhadap finalis entah
itu karena kualitas suaranya yang bagus atau suara yang memiliki identitas,
namun malas saja harus buang-buang uang untuk voting lewat sms.
Acara televisi terutama
pencarian bakat adalah salah satu industri hiburan yang ujung-ujungnya mencari
rating, semakin bagus rating maka iklan yang masuk akan banyak, semakin banyak
iklan yang masuk berarti akan banyak pundi-pundi uang yang masuk. Belum dari
votingan sms, sekali voting sebesar Rp. 2.200,/sms coba kalikan saja dengan
berapa jumlah sms yang masuk. Bisa milyaran uang yang masuk. Belum lagi gimmick gimmick yang dilakukan pihak
televisi untuk menjaring lebih banyak voting yang masuk. Ya, begitulah industri
hiburan.
Namun kesadaran ini yang
belum banyak dimiliki oleh para pendukung. Banyak uang yang dikeluarkan untuk
mendukung habis-habisan finalisnya. Ajang pencarian bakat Dangdut Academy
Indosiar salah satu yang banyak menyedot voting sms pendukungnya. Bahkan pernah
saya mendengar, pendukung salah satu finalis rela mengeluarkan uang
berjuta-juta untuk mendukung jagoannya.
Belum lagi perang komentar
yang muncul di sosial media hingga youtube. Bisa mengelus dada melihatnya.
Bagaimana tidak mengherankan, kenal juga tidak dengan finalis, hanya karena
menyukai penampilannya saat performance uang melayang untuk voting. Komentar
menyakitkan di sosial media lontarkan.
Siapa yang diuntungkan?
Sekali lagi ini adalah
industri. Dan hampir semua industri mencari untung banyak. Kalau sudah begini,
yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Termasuk saya, kebanyakan
nonton video di youtube membuat saya jadi miskin kuota ha... ha... ha...
Terima kasih.
Tidak ada komentar
Posting Komentar