Hampir semua orang
Indonesia mengenal makanan khas satu ini. Dan hampir di semua daerah menjual
makanan khas dari daerah Palembang ini. Yap, pempek. Makanan berbahan ikan yang
dicampur tepung tapioka atau sagu dan bumbu-bumbu. Pempek akan lezat ketika
dimakan dengan kuah berbahan dasar gula merah, bawang putih, cabai dan buah
asam. Kuah ini biasa disebut cuko. Perpaduan pempek dan cuko ini memang buat
lidah bergoyang karena juaraa enaknya.
Dari beberapa literatur
yang aku baca, pempek adalah pangilan untuk penjualnya, Empek yang merupakan
panggilan untuk orang Cina yang berjualan kelesan (kelesan adalah nama awal
dari pempek). Jadi saat penjaja kelesan lewat, orang-orang yang akan membeli
memanggil, “Mpek..Pek... Mpek... Pek!” Lama-lama kelesan yang dijual lebih
populer disebut pempek hingga kini.
Di Bogor, tempat saya
tinggal, ada kedai pempek yang lumayan enak. Tapi harganya juga lumayan.
Sedangkan di Lampung tempat saya lahir, pempek adalah makanan yang kerap saya
temukan sebagai jajanan yang hampir setiap hari saya konsumsi saat di sekolah.
Bedanya kalau di sekolah-sekolah, pempek yang dijual bukanlah pempek ikan,
biasanya pempek yang dijual yang isinya adalah sayur pepaya, disebut pempek
pistel. Atau kalaupun ada pempek lain adalah pempek lenjer yang
dipotong-potong. Kalau pempek lenjer ada sedikit campuran ikannya, tapi masih
kebanyakan tepung tapiokanya.
Semakin bertambahnya umur
dan bertambahnya bobot badan, saya sudah merasakan banyak pempek di berbagai
tempat. Pernah, saat berkunjung ke Singkawang, Kalimantan Barat. Saya menemukan
kedai pempek. Soal rasa, pempeknya lumayan enak namun cukonya di luar
ekspektasi.
Salah satu tempat saya
makan pempek adalah di Lampung, dengan harga yang cukup mahal, beberapa kedai
pempek di Bandar Lampung seperti pempek Tenda Biru, Pempek 123 (kalau ini
pelayanannya enggak banget padahal pempeknya enak), dan beberapa kedai pempek
lainnya. Kalau di Kotabumi daerah asal saya, pempek ala-ala banyak dijual, di
Pasar Pagi, ada pempek di Pecel Muslimim, tidak hanya jual pempek saja,
gorengan lainnya juga (biasanya dicampur dengan cuko). Pempek dekat Ramayana
(ini lumayan enak, ikannya terasa) dan pempek Eddy samping Bank Syariah Mandiri
enak dan lumayan mahal.
Sudah berkeliling dan
merasakan pempek di daerah-daerah, rasanya enggak afdhol kalau enggak makan
pempek langsung dari asalnya. Padahal kalau dilihat, jarak antara Kotabumi dan
Palembang dapat dengan mudah ditempuh dengan kereta api, memakan waktu sekitar
6 jam. Tapi, baru setelah menikah saya berkesempatan berkunjung ke Palembang.
Tujuan utama saya ke
Palembang tentu saja menikmati segala macam kuliner khasnya terutama pempek.
Segala macam kedai pempek bertebaran di mana-mana. Dan ada beberapa yang memang
direkomendasikan untuk dicoba.
Pagi saat pertama kali sampai
di Stasiun Kertapati, kami sarapan Martabak Har terlebih dahulu. Sebelum
siangnya ke hotel dan mencoba beberapa pempek. Martabak Har, salah satu makanan
yang cukup melegenda juga di Palembang. Namun dari segi rasa, lidah saya kurang
cocok untuk menikmatinya. Selesai sarapan Martabak Har, saya dan istri berjalan
kaki menuju Masjid Agung yang tidak terlalu jauh dari keberadaan Martabak Har.
Kami mandi dulu di Masjid
Agung, kebetulan ini salah satu masjid terbesar di Kota Palembang dan memiliki
fasilitas yang cukup memadai. Beberapa kamar mandi tersedia dengan ketersediaan
air yang cukup banyak. Selesai mandi, saya masuk masjid dan menyelesaikan
sholat dhuha terlebih dahulu.
Kemudian kami melihat
Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat) di seberang Masjid Agung, setelah itu ke
Museum Sultan Mahmud Badaruddin, sayang karena sedang tutup, saya tidak dapat
masuk. Perjalanan saya lanjutkan menuju ke Sungai Musi. Wah, angin yang bertiup
cukup kencang, air sungai yang mengayun, kapal-kapal besar maupun kecil yang melintas
membuat kekaguman saya bertambah. Ah, indah dan mengagumkan.
Kembali bicara soal
pempek, di pinggir Sungai Musi ini, ada beberapa perahu-perahu yang disematkan
di pinggir sungai. Nah, menikmati pempek di sini dapat kamu lakukan saat sore
hingga malam. Keindahan Jembatan Ampera kala malam sambil makan pempek di
pinggir sungai di atas perahu yang terombang ambing akan menjadi momen yang
begitu berkesan. Soal rasa pempek memang enggak seenak pempek yang populer yang
ada di Kota Palembang, wajar saja sih, apalagi pempek di sini harganya
sangat-sangat murah. Kalau menikmati bersama teman-teman sambil ngobrol tentang
apa saja terkait dengan kehidupan, sepertinya seru dan asik. Selain pempek,
kedai pempek-pempek di perahu-perahu menjual aneka makanan seperti tekwan,
gorengan, mie goreng bahkan nasi goreng juga dijajakan.
Selain nikmatnya pempek di
pinggiran Sungai Musi, kamu juga dapat menemukan pempek di Sentral Kampung
Pempek, di Jalan Mujahidin 26 Ilir Palembang, enggak terlalu jauh dari Sungai
Musi. Sepanjang jalan, aneka kedai pempek berjajar rapi dan membuat saya
menelan ludah. Salah satu kedai pempek yang direkomendasikan di sekitar jalan
ini adalah Pempek Lala.
Saat saya mengunjungi
kedai Pempek Lala, suasana di dalam kedai begitu ramai. Banyak orang yang
datang untuk menikmati pempek di tempat dan banyak juga yang memesan pempek
untuk dibawa pulang dan dijadikan oleh-oleh. Saking ramainya, ketika awal
datang, saya agak susah mendapatkan tempat duduk.
Di kedai Pempek Lala ini, saya
memesan beberapa jenis pempek. Yang lumayan jadi perhatian saya adalah lenggang
bakar yang sedang dibakar dengan menggunakan alas daun pisang. Terus terang,
saya baru melihat penampakan lenggang bakar ini. Soal rasa, pempek di kedai ini
enak dan terasa ikannya. Harga juga bersahabat, satu pempek dihargai
Rp.1.500,-, harga normalnya biasanya seribu rupiah. Saya datang saat liburan
lebaran Idul Fitri, sehingga bahan dasar ikan gabus yang digunakan harganya
masih tinggi. Selain pempek, kedai Pempek Lala juga menjual tekwan, es kacang
merah, lenggang goreng dan bakar, kue srikaya yang sudah tersedia di atas meja.
Saat berkunjung ke
Palembang, saya mengunjungi beberapa kedai pempek yang lumayan terkenal di luar
Palembang. Selain kedai Pempek Lala, saya berkunjung ke kedai Pempek Candy.
Sepertinya orang Indonesia kalau pergi ke Palembang akan berkunjung ke kedai
ini. Sebelumnya saya juga berkunjung ke kedai Pempek Vico, Pempek Raden, dan
beberapa kedai lainnya. Namun, saya terlanjur jatuh hati dengan Pempek Candy,
bukan saja soal rasanya yang memang juara enaknya, namun pelayanannya yang
berkelas.
Saat datang ke Pempek
Candy di Jalan jenderal Sudirman Palembang. Saat masuk, kami disambut dengan
senyum karyawan. Kemudian duduk dan kami diberi daftar menu dan memesan
beberapa pempek, kacang merah, lenggang dan lainnya. Dari daftar menu, ada juga
makanan berat seperti ikan patin, berbagai macam kerupuk dan camilan untuk
oleh-oleh khas Palembang.
Soal rasa, ah.... ini
adalah pempek kesukaan. Rasa ikannya terasa sekali, cukonya juga nikmat luar
biasa. Ditambah kondisi restoran yang diatur begitu rapi dan berkelas. Soal
pelayanan, di Pempek Candy ini karyawan ramah, pelayanan cepat.
Soal pengalaman buruk saat
mencoba pempek, saat berkunjung ke Pempek Vico. Saat itu kondisi resto ramai.
Saat masuk, saya mencari kursi yang kosong dan akhirnya mendapatkan. Pelayanan
yang tidak ramah dan lama membuat saya kapok untuk datang lagi. Sebab bukan
saja soal rasa saja tujuan kulineran dilakukan, banyak hal termasuk pelayanan.
Balik lagi ke pempek Candy,
harga di restoran ini terjangkau. Per-satuan pempek bekisar di angka empat
ribuan. Nah, kalau kalian sempat berkunjung ke Palembang, saya merekomendasikan
Pempek Candy untuk dikunjungi.
***
Pempek adalah makanan khas
dan legendaris dan sudah banyak didapatkan di daerah-daerah. Namun, mencobanya
langsung di Palembang adalah keharusan terlebih buat kalian pecinta pempek.
Kalau orang Palembang
bilang, “Makan pempek di palembang, lemak niaaan!” Yuuk ah ke Palembang!
Tidak ada komentar
Posting Komentar