Setiap melakukan sebuah perjalanan, pasti ada hal-hal yang menarik perhatianku. Entah itu, pemandangan alam yang menakjubkan, makanan yang khas, orang-orang yang ramah dengan logat bahasa yang berbeda dan hal-hal menarik lainnya. Kejadian-kejadian menarik ini biasa aku temui di setiap perjalanan, tak terkecuali saat berkunjung ke Pulau Sumba.
Pulau
Sumba adalah pulau yang terletak di bagian selatan Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Hati-hati jangan sampai tertukar dengan pulau yang namanya mirip yaitu
Pulau Sumbawa. Ada kejadian lucu saat aku update status whatsapp saat
berkunjung ke Pulau Sumba. Beberapa teman langsung japri...
“Fan....
bawain madu hutannya ya!”
“Fan....
jangan lupa bawa susu kuda liarnya!”
Aku
awalnya bingung gitu. Kok madu sama susu kuda liar ya? Emang sih, di Sumba
banyak juga kuda liarnya tapi enggak diambil susunya juga. Setelah berpikir
sejenak baru aku tahu, kalau yang dimaksud itu adalah Pulau Sumbawa. Aku pun
langusng menjawab....
“Itu di
Pulau Sumbawa. Pulau Sumba dengan Pulau Sumbawa itu beda, Pulau Sumba ada di
Nusa Tenggara Timur sedangkan Pulau Sumbawa ada di Nusa Tenggara Barat.”
Beberapa
teman yang aku beri jawaban tentang Sumbawa tertawa. Dan tidak jadi memesan apa
yang mereka tulis.
Perjalanan
ke Sumba harus ditempuh dengan naik dua kali pesawat dalam hari yang sama. Kebetulan daerah di Pulau Sumba yang aku
kunjungi adalah Kabupaten Sumba Timur. Dari Jakarta aku naik pesawat Batik Air
yang terkoneksi dengan pesawat kecil Wings Air.
Sebelum menuju ke Kota Waingapu Sumba Timur, aku terlebih dahulu transit
ke Denpasar Bali dengan menaiki Batik Air, kemudian perjalanan dilanjutkan
dengan menggunakan pesawat kecil Wings Air menuju ke Sumba Timur. Sekitar dua
jam perjalanan dari Bandar Ngruah Rai ke Bandara Umbu Mehang Kunda, Kota
Waingapu. Lumayan melelahkan tapi seru banget. Apalagi saat akan mendarat di
Sumba, bukit-bukit khas Sumba yang dijuluki Negeri Seribu Bukit terlihat jelas.
Saat muism kemarau bukit-bukit tersebut akan berwarna cokelat, kalau saat musim
hijau bukit-bukit itu akan berwarna hijau segar. Menakjubkan.
Selain
bukit-bukitnya yang eksotis, Sumba juga dikenal dengan pantai-pantainya yang
indah. Saat mengunjungi sebuah sekolah di utara Sumba Timur, aku sempat mampir
di Pantaai Purkambera. Pasirnya yang putih bersih kemudian warna air lautnya
yang hijau toska dan biru membuat pantai ini patut untuk dikunjungi. Pantai ini
juga tidak terlalu ramai, malah bisa dibilang sepi, seperti pantai yang tidak
berpenghuni. Makanya kalau liburan di pantai ini, berasa pantai milik sendiri.
Aku
menyempatkan berkunjung ke beberapa tempat di pedesaan di sana. Kalau sedang
musim penghujan banyak buah-buahan yang bisa dinikmati buah nona (srikaya),
buah pisang, pepaya, sirsak dan beberapa buah lain. Tanaman palawija seperti
jagung dan kacang tanah juga ditanam ketika musim penghujan tiba. Di
pasar-pasar tradisional di pinggir jalan, pasar sederhana yang terdiri dari
bilik-bilik papan menjual buah-buahan tersebut di dalam plastik. Buah nona
(srikaya) misalnya, satu plastik dengan jumlah sekitar 6 hingga delapan buah
dijual dengan harga lima ribu rupiah. Murah sekai bukan?
Bicara
soal musim penghujan, ada beberapa bahan pangan yang akan disimpan saat musim
penghujan telah lewat dan berganti musim kemarau. Jagung dan kacang tanah mudah
dikeringakan dan disimpan, namun beberapa bahan pangan seperti buah-buahan
memiliki masa simpan yang tidak lama. Nah, melimpahnya pisang saat musimnya
membuat masyarakat Sumba perlu memutar otak untuk membuat sebuah penganan yang
dapat dikonsumsi tidak hanya saat melimpahnya bahan pangan namun juga saat-saat
tertentu.
Hampir
semua daerah di Indonesia tumbuh beraneka ragam jenis pisang. Penganan pisang
pun kini semakin beragam dan digemari. Pisang tak lagi menjelma sebagai buah
yang dimakan seperti biasa atau dibuat penganan pisang goreng. Di Lampung
contohnya, keripik pisang cokelat menjadi kekhasan dan oleh-oleh. Di beberapa
tempat bolu yang berbahan dasar pisang juga menjadi penganan oleh-oleh.
Manggulu
adalah makanan khas daerah Sumba Timur yang berbahan dasar pisang. Walaupun
makanan khas Sumba Timur ini belum tren tapi di toko oleh-oleh di Waingapu,
makanan khas ini sudah dijual.
Jika
dilihat sekilas, manggulu ini seperti dodol. Rasanya juga manis sekali dengan
aroma pisang yang khas. Beberapa kali berbincang dengan orang Sumba, manggulu
ini adalah penganan yang dimakan untuk mendampingi minum kopi atau teh.
Bahan
dalam membuat manggulu tidak hanya buah pisang, ada jug kacang tanah sebagai
bahan campuran. Berasa kan kalau pisang ketemu kacang, pasti juara enaknya.
Apalagi kalau ditambah cokelat, wuih... tambah nikmat yang tidak terkira.
Sayangnya, Sumba Timur bukan daerah penghasil cokelat. Tapi makan manggulu saja
sudah enak.
Membuat
manggulu sebenarnya tidaklah sulit. Aku dapat resepnya dari orang Sumba asli.
Pertama bahan yang harus disiapkan adalah pisang dan kacang tanah. bahan lain
yang juga disiapkan adalah gula merah.
Sedangkan alat yang dipakai adalah tampah untuk menjemur, panci untuk
mengukus dan alat tumbuk, kalau di Sumba dan di daerah-daerah biasanya
menggunakan lesung.
Sebelumnya
pisang yang sudah masak dijemur dulu, seperti membuat pisang sale. Pisang
dijemur hingga tiga hari. Pisang yang sudah seperti sale kemudian dikukus dan
ditumbuk sampai hancur bersama gula merah. Kacang tanah yang sudah dipisahkan
dari kulitnya dijemur terlebih dahulu lalu digoreng tanpa minyak dan ditumbuk
hingga hancur. Nah, pisang, gula merah dan kacang tanah yang sudah dtumbuk tadi
dicampur jadi satu. Kemudian dibentuk memanjang.
Kalau
manggulu yang sudah dijual biasanya dibentuk sepertu dodol garut. Kalau
dibungkus dengan kulit jagung yang sudah dikeringkan, efek tradisionalnya pasti
akan makin kuat.
Seperti
yang tadi aku bilang, manggulu ini enaknya dimakan ditemani dengan segelas kopi
atau segelas teh sambil berbincang dengan teman atau tetangga. Dibawa ke kebun
atau ladang sebagai penganan saat istirahat juga enak.
Mungkin,
manggulu enggak sepopuler penganan lain yang ada di daerah-daerah di Indonesia
seperti pempek, batagor, siomay, aneka kue manis seperti bugis, nagasari, lupis
dan makanan khas lainnya. Kalau lihat cara membuatnya yang enggak terlalu ribet
bisa dicoba juga.
Kalau
lihat maraknya gempuran makanan dari luar negeri seperti pizza, kue-kue manis
yang muncul di era kekinian, rasanya tugas kita bareng-bareng untuk terus
melestarikan penganan tradisional agar tidak sekadar cerita untuk anak cucu.
Karena
aku seorang guru, ada baiknya pendidikan di daerah-daerah mengutamakan kekhasan
lokal sebagai bahan pembelajaran. Membuat manggulu dapat dijadikan bahan ajar
yang menarik untuk peserta didik. Anak-anak tidak saja tahu cara membuatnya,
namun juga mengenal dan paham bahwa manggulu adalah makanan khas daerahnya yang
tidak kalah dengan dodol garut mislanya. Atau tidak kalah dengan makanan dari
luar negeri.
Semoga
banyak generasi kita yang akan terus melestarikan makanan tradisional di tengah
gempuran era digital seperti sekarang. Semoga saja!
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAh setuju mas...
BalasHapusSebaiknya kekhasan lokal ada dalam mata pelajaran siswa kita.
Baik bahasa, makanan khas, kerajinan khas.
Kan keren kalo setiap individu mengetahui daerahnya sendiri dengan sangat baik.
Nah, orang memang masih ada yang keliru, Mas. Antara Pulau Sumbawa dan Pulau Sumba.
BalasHapusDan saya juga kalau pas ngebolang, pasti cari makanan khas. Soalnya kadang, memang tidak dijual di daerah lain. Apalagi kalau pas makanan itu hanya dibuat pada acara-acara tertentu.
Jadi pensaran dengan Mangulu ini. Semoga saya bisa segera mengunjungi Pulau Sumba juga.
Mirip sama dodol ya mas, Pisang favorit aku nih, bisa buat aneka makanan apapun, dan cukup mengenyangkan hee.
BalasHapusMurah banget itu mas ya Buah Nona (buah Srikaya)6-8 bijian bisa dihargai 5000 yah. euhmm
Awalnya aku juga bingung sih antara Sumba dan Sumbawa hehe, ternyata betul, yg satu ada di NTT satunya di NTB hehee. Makasih sharingnya mas
Mirip dodol. Setuju sekali, kita juga harus melestarikan makanan lokal. Kalo jalan-jalan ke Sumba, manggulu ini bisa jadi sasaran kulinernya.
BalasHapusIni campuran pisan sama kacang, Kak? Duuuh, ngebayanginnya aja udah bikin ngiler. Pisang yang manis dan kecut dicampur kacang yang gurih. Kirim ke Bandung Kak
BalasHapusTambah pengetahuan lagi tentang makanan khas dari SUMBA. Aku juga baru tau kalau sumba dan sumbawa itu beda, dari tulisan ini. hehe
BalasHapusHmm kayaknya Manggulu ini bisa di prkatekin di rumah yak. Eh aku juga suka berulang - ulang ngomongin sama teman Pulau Sumba dengan Pulau Sumbawa itu beda. Dikira Sumba itu singkatan Sumbawa. wkkk
BalasHapusMakanan yang terbuat dari pisang itu enak-enak yaa Mas Erfano. Suka deh. Baca ulasan ini jadi ngerti Manggulu, khasnya Sumba Timur. Wah wah jam terbang traveling ke Wonderful Indonesia-nya udah tinggi aja yaa... Keren
BalasHapusbener2 aku baru tahu dong sumbawa sama sumba itu beda. kirain sama.
BalasHapusPas baca judul, otak ku maksudnya ke Sumbawa. Pas baca cerita jadi bingung akhirnya kubaca ulang lagi judulnya, oooo pulau Sumba. Wkwk
BalasHapusIndonesia itu beragam ya kak.
BalasHapusMulai dari bahasa,suku,budaya,adat istiadat sampai kulinernya.
Mungkin didaerah saya mirip dengan dodol ya kak, jadi penasaran sama makanan khas sumbawa ' Manggalu'
Baca aja sdh ngiler pengen cobain manggulu mas. Apalagi terbuat dari pisang dan kacang. Kebayang enaknyaaa.. jadinya bawa oleh2 apa dong mas hehe
BalasHapusEh iya, lho, tadinya saya kira seperti dodol. Ternyata bahannya dari pisang, kacang dan gula merah. Saya jadi membayangkan rasanya. Pasti enak, ini.
BalasHapusSaya suka makanan tradisional. Di FB, saya lebih suka membagi makanan ndeso daripada makanan modern apalagi dari luar. Alasannya, selain sangat suka, juga mengajak teman-teman bernostalgia.
Ahahaha duh jadi malu, aku pikir ya sama aja Sumba dan Sumbawa Pak Guru, maafkeun, ntr ku buka lagi nih buku Geografiku :D
BalasHapusBaru tau juga soal Manggulu adalah makanan khas daerah sana, bentuknya kyk dodol tapi rasanya lbh kyk sale gtu kah?
sekarang emang lagi musim kue kekinian yaa pak guru , semoga makanan traditional tidak hilang terbawa jaman ya
BalasHapusbaru tau juga kalau sumba sama sumbawa itu beda ketauan dlu sering bolos saya ini
Wah dpt ilmu lg nih, beda ya ternyata Sumba & Sumbawa & baru tahu makanan khas sana, hehee andai kapan2 bs jalan kesana, seru tuh
BalasHapus