Ngomongin soal kuliner,
emang nggak akan habis-habis. Wajar sih, sekarang ini selain jadi kebutuhan
primer, makanan merambah ke gaya hidup. Belum lagi keberadaan sosial media yang
memerlukan konten, salah satunya tempat makan yang hits dan kuliner yang juga
sedang ngehits. Di kalangan milenials kayak aku hal-hal begini tuh penting banget.
Setelah pisang nugget,
dilanjutkan ayam geprek pedas level levalan kemudian es kepal milo yang hits dan
bertebaran di mana-mana dengan aneka improvisasi produk. Nah, akhir tahun 2018
ini ada yang mulai ngehits dan muncul
di mana-mana. Pinggir jalan ada, depan ruko ada, di teras rumah makan tertentu
juga ada. Yap! Roti John. Sejenis
sandwich dengan isian omlet dan daging cincang.
Dari literatur-literatur
yang aku baca, bahan yang digunakan dalam membuat roti john adalah roti yang
bentuknya panjang seperti baguette. Untuk bahan isian biasanya ada daging
cincang (daging bisa daging ayam, kambing, sapi), bawang, telur, dan saus.
Beberapa roti john yang aku temui isinya sosis dan kornet.
Awalnya kupikir Roti John
itu yang punya namanya Pak John. Kemudian Pak John ini mewarisi resep turun
temurun dan menemukan sajian roti yang enak dan mengenyangkan. Lalu Pak John
membuka kedai roti, daripada bingung mencari nama untuk kedai rotinya. Pak John
menamakan kedainya dengan namanya, jadilah Roti John.
Kemudian karena roti john
ini sukses, Pak John membuka cabang di mana-mana, di pinggir jalan, di depan
ruko dan tempat-tempat strategis lainnya. Kupikir demikian.
Roti John yang pertama
kali aku lihat itu adanya di depan Sop Buah Pak Ewok di Malabar Bogor. Kupikir
(kebanyakan mikir akunya ha...ha...ha...) selain yang punya namanya Pak John,
roti john itu roti manis gitu. Jadinya kupikir roti dengan isian selai srikaya,
atau isian coklat dan keju.
Pikiranku yang sok tahu
akhirnya tercerahkan ketika salah satu tempat makan baru di SKI Bogor membuka
kedai yang diberi nama Kedai Kembang dengan menghadirkan salah satu menu
andalannya yaitu Roti John. Nah dari chef Irvan yang meracik roti john di Kedai
Kembang, aku baru tahu sejarah roti john yang sesungguhnya.
“Dulu tentara Inggris di
Koek Road Singapore membeli roti dari pedagang kaki lima yang bernama Abdul.
Abdul ini keturunan India. Nah, setiap kali ada tentara Inggris yang lewat
lapak rotinya. Abdul selalu berteriak, “Roti, John! Roti John!”. John di sini panggilan
untuk orang asing berkuilt putih. Sejak saat itu roti seperti sandwich dengan
isian daging cincang dan telur dadar mulai dikenal dengan nama Roti John.”
Kisah tentang Roti John
versi Abdul ini mengingatkan aku tentang asal mula nama pempek. Konon, Empek
merupakan panggilan untuk orang Cina yang berjualan kelesan (kelesan adalah
nama awal dari pempek). Jadi saat penjaja kelesan lewat, orang-orang yang akan
membeli memanggilnya, “Mpek..Pek... Mpek... Pek!” Lama-lama kelesan yang dijual
lebih populer disebut pempek.
Ada versi lain mengenai sejarah roti john ini, konon roti
ini dijual sejak tahun 1960an di Sembawang. Roti ini diperuntukkan bagi tentara
Inggris yang pengen banget makan
buger. Tapi karena enggak ada burger sebagai gantinya adalah sandwich dengan
omlet dan daging cincang yang akhirnya dikenal dengan nama Roti John.
Menurut kalian sejarah
roti john yang kece yang mana? Kalau aku sih
yes buat yang versi Abdul daripada versinya Burger. Ha... ha... ha....
Nah, merebaknya bisnis
roti john ini bak cendawan di musim penghujan. Cetar membahanalah kalau kata
Incess Syahrini yang baru nikah. Versi roti john bertebaran dengan kekhasan di
outlet-outlet pemiliknya. Aku sempat heran sih
saat lihat outlet demi outlet yang tersebar, kok standar kualitasnya berbeda-beda. Ternyata menilik sejarahnya
memang roti john itu sebutan dan mereknya tidak dipatenkan jadi bisa digunakan
di mana saja.
Terus terang, aku belum
pernah nyobain makan roti john. Nah, pas main-main ke SKI Bogor dan ada roti
john di Kedai Kembang. Aku langsung cobain
deh!
Kedang Kembang yang
terletak di dalam SKI merupakan tempat makan baru yang mengusung konsep
kekinian tanpa mengindahkan unsur kearifan lokal. Kebanyakan roti john yang
beredar membeli bahan dasar rotinya dengan bahan-bahan isian yang instan. Nah,
roti john di Kedai Kembang ini berbeda, rotinya dibuat sendiri oleh chefnya dan
cheese saucenya pun diracik sendiri
dengan memperhatikan kekayaan rasa. Bagusnya lagi, sebagian bahan dalam membuat
roti john ini berasal dari bahan pangan lokal.
Karena rotinya buat
sendiri, kualitasnya pasti terjaga dong.
Kelembutan roti dengan tekstur yang masih bisa dikunyah bakalan memanjakan
lidah pemamah biak seperti aku. Belum lagi tambahan kornet dan sosis dengan
saus racikan sendiri membuat mulut tak berhenti mengunyah. Serius! Juara
enaknya! Gimana nggak juara enaknya, chef yang meracik adalah Chef Irvan (bukan
chef Erfano) yang sudah malang melintang di bidang kuliner ini adalah jebolan dari Le Cordon Bleu London.
Teknik memasak yang diperoleh di luar nagrek negeri ini yang akhirnya
dipraktikkan di Kedai Kembang.
Selain roti john,
menu-menu lain yang nggak kalah enaknya adalah menu-menu dengan memperhatikan
penggunaan bahan pangan lokal. Keju dan coklat misalnya, diusahakan untuk
menggunakan keju dan cokelat hasil dari dalam negeri.
Ada yang membuat aku
bahagia saat melihat deretan menu. Ada wedang uwuh yang berasal dari
rempah-rempah pilihan dan diseduh dengan air panas. Menghangatkan. Apalagi
kalau diminum di saat hujan, Hmme... tambah nikmat pastinya. Ada juga bajigur.
Karena ini konsepnya
kedai, jadi enggak banyak makanan berat yang dijual. Untuk makan berat sudah
ada SKI Restaurat yang menjual makanan khas Indonesia mulai dari ikan bakar
hingga sayur asem.
Jadi kalau main ke SKI,
habis belanja tas atau berenang, dapat mampir untuk nyobain menu di Kedai
Kembang.
Bahan
Pangan Lokal
Bakalan pelik sih kalau
ngomongin bahan pakan lokal, penggunaannya dalam bahan baku untuk sebuah bisnis
kuliner. Namun, Kedai Kembang sebisa mungkin menggunakan bahan pangan lokal
sebagai bahan baku dalam setiap menu.
Berbincang dengan salah
satu owner SKI yang fokus di bagian kuliner, Chef Martina yang telah melanglang
buana ke berbagai daerah. Pengalaman mengenyam pendidikan di Swiss membuat
beliau makin cinta dengan potensi kekayaan alam yang ada Indonesia. Rupanya
potensi luar biasa yang belum dikelola dengan baik oleh pemerintah mengugah
hatinya untuk “menyelamatkan” potensi bahan pangan lokal yang melimpah. Salut!
Bicara soal bahan pangan
lokal, petani dan hasil alam yang kaya emang enggak bakal ada habisnya. Perlu
kesadaran dari banyak pihak agar potensi lokal dikenal secara global. Belum
lagi tantangan-tantangan yang kudu dihadapi, komoditi impor yang dari segi
harga dan kualitas kadang lebih murah, melimpahnya hasil panen yang membuat
harga bahan pangan anjlok, gaya hidup penduduk Indonesia yang masih bangga
dengan produk luar dan tantangan-tantangan lainnya!
Selain fokus di bidang
pangan lokal, salah satu owner SKI Mbak Mayang juga fokus mengembangkan Ruang
Tumbuh yang fokus dalam membuat workshop-workshop dalam menebarkan
kebermanfaatan.
Setelah menikmati roti john, aku menikmati Triple Coffee Cake. Rasa kopinya benar-benar terasa, kopi
yang digunakan bukan kopi “kaleng-kaleng” alias kopi sachet. Tapi benar-benar
kopi hasil dari petani di Indonesia. Mencicipi triple coffee cake berasa bahagia banget.
Sebelumnya, Chef Martina
juga menjelaskan tentang kopi Gayo yang dari citarasa juara nikmatnya.
Keinginannya untuk mengenalkan kopi tidak saja sebagai minuman juga sebagai
bahan campuran untuk aneka hidangan, salah satunya ya triple coffee cake. Kelas banget
deh cakenya!
***
Siang menuju sore, angin
berhembus manja. Menikmati roti john dan beberapa menu di Kedai Kembang aku
jadi merenung dan bertanya dalam hati, “Sudahkah kita bersyukur kepada Allah
untuk nikmatnya hidangan yang dimakan? Sudahkah kita berterimakasih kepada para
petani, peternak dan nelayan untuk bahan pangan asal muasal hidangan yang kita
makan?
Semoga tulisan ini
bermanfaat!
Oh ternyata begitu to hal ikhwal tentang roti john. Dan roti john-nya SKI mungil ya.
BalasHapusSalam persahablogan,
@adiwkf
Iya, dan aku sih yes untuk cerita Abdul dan big no untuk yang burger. Roti John SKI itu versi berkelasnya ala-ala Master Chef gitu. Kalau yang dijual di Kedai Kembangnya roti Johnnya memanjang seperti pada umumnya. Nah, yang membedakan rotinya dibuat sendiri oleh chefnya dan cheese saucenya diracik sendiri. Jadi enaknya berlipat-lipat...
HapusSalam hangat Mas Adi, Salam hangat untuk Mbak tami dan Seoul. Doakan tahun ini bisa dolan-dolan ke Seoul.
Perlu dinikmati ini kalau ke SKI
BalasHapusPerlu sekali. Sekalian main ke SKI, bisa belanja tas, main di beberapa arena permainannya kemudian ada juga waterpark. Kalau lapar dan pengen cemal cemil bisa mampir ke Kedai Kembang atau kalau pengen makan yang berat-berat bisa ke SKI Reastaurantnya....
HapusSalam hangat :)
waah, enak banget nih sepertinya, mas erfano keren juga nulisnya.
BalasHapusSalam hangat