“Untuk pempeknya masih ada rasa ikannya, cukonya saja yang sedikit kurang mantap, namun makan pempek ala ala di perahu dengan pemandangan Jambatan Ampera, dinginnya hembusan angin Sungai Musi dan riaknya suara deburan air sungai adalah pengalaman yang indah dan mahal.”
***
Kedatangan saya dan istri
ke Palembang memang bertujuan untuk mempelajari pempek dan menikmatinya di
gerai-gerai pilihan dari harga yang terjangkau hingga harga yang memukau. Dan rekomendasi
saya jatuh pada gerai Pempek Candy. Kualitas pempeknya yang baik dibarengi pula
dengan kualitas pelayanan yang prima di gerai-gerainya.
Pas berkeliling menikmati
pempek demi pempek, kami pulang sejenak ke hotel untuk berbersih diri,
istirahat dan sedikit berdiskusi apa saja yang diperoleh dari berkunjung dari
gerai ke gerai pempek lainnya. Tapi jangan bayangkan berdiskusi yang bagaimana
ya, karena diskusi hanya berlangsung 10 menit. Sebab kami sudah tertidur
sebelum diskusi benar-benar selesai. Perut kenyang dan badan yang lelah sebagai
tersangka utamanya.
***
Ini adalah malam terakhir
kami di Palembang. Besok sore kereta akan membawa kami kembali ke Kotabumi, Lampung Utara.
Setelah beristirahat yang
cukup, meski masih mengantuk, sekitar jam setangah lima kami keluar dari hotel
menuju ke pinggiran Sungai Musi. Banyak hal yang menarik yang dapat dieksplor
di pinggiran Sungai Musi.
Kondisi taman sepenjang
pinggiran sungai Musi hingga Tugu Belido Pelembang sudah tumpah ruah manusia.
Sudah seperti pasar. Banyak pengunjung berarti banyak pedagang. Sepanjang pinggiran
hingga Tugu Belido, pedagang mie tek-tek, nasi goreng, pedagang mainan anak,
pedagang cilok, penjual minuman sudah menanti para pengunjung. Bahagia rasanya
jika tempat-tempat seperti ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar.
Sepanjang pelataran, selain banyaknya pedagang, anak-anak bermain dengan begitu riang. Beberapa anak bermain dengan orangtuanya, ada yang memainkan permainan yang baru dibeli. Ada juga orangtua yang mengamati anaknya bermain sambil menikmati santapan dari para pedagang.
Sepanjang pelataran, selain banyaknya pedagang, anak-anak bermain dengan begitu riang. Beberapa anak bermain dengan orangtuanya, ada yang memainkan permainan yang baru dibeli. Ada juga orangtua yang mengamati anaknya bermain sambil menikmati santapan dari para pedagang.
Pedagang-pedagang ini
sudah siap dari sore hari hingga malam. Namun, jika berkunjung ke pelataran pinggiran
Sungai Musi yang menarik perhatian saya adalah perahu-perahu yang bersandar di
pinggir sungai. Perahu-perahu tersebut bukan perahu nelayan yang akan berlayar
mencari ikan namun perahu tersebut adalah perahu-perahu yang disulap menjadi
warung makan.
Salah satu tujuan saya
malam malam mengunjungi pelataran pinggiran Sungai Musi ya ingin tahu tentang
warung perahu ini. Adik saya yang masih berstatus mahasiswa sengaja ke
Palembang bacpakeran ala ala dan merekomendasikan tempat ini. Begitu juga, saat
sepupu yang juga bakpakeran bersama teman-temannya datang dan merekomendasikan
tempat ini.
Ada beberapa warung perahu
yang bersandar, yang membuat makan di perahu ini berkesan adalah pemandangan Jembatan
Ampera yang terlihat terang karena lampu warna warninya.
Sebelum masuk ke perahu,
saya dan istri mengantre sebentar karena padatnya pengunjung saat itu. Akhirnya
saya kebagain tempat dan masuk. Perahu yang cukup besar diset menjadi tempat
duduk dan meja. Ada sekitar 6 hingga 7 meja yang bisa di tempati. Di setiap
meja penganan beberapa jenis pempek dan pisang goreng sudah siap menyambut. Oh ya, untuk masuk ke dalam perahu kita tidak dikenakan biaya apa-apa.
Selain penganan di atas
meja, kita juga dapat memesan makanan berat seperti tekwan, nasi goreng, mie
goreng, mie tek-tek, tekwan. Untuk minuman, segala jenis kopi sachet, minuman
perasa buah-buahan, cokelat, teh manis juga tersedia.
Terus terang, saya penasaran
dengan pempek yang ada di meja. Sebelum mengambil pempek di meja, saya pesan
minuman, istri memesan mie goreng. Saya pun mencoba satu pempek. Jujur, memang
enggak semantap empat gerai pempek yang kami kunjungi sebelumnya. Untuk pempeknya
masih ada rasa ikannya, cukonya saja yang sedikit kurang mantap, namun makan
pempek ala ala di perahu dengan pemandangan Jembatan Ampera, dinginnya hembusan
angin Sungai Musi dan riaknya suara deburan air sungai adalah pengalaman yang
indah dan mahal. Walapun harga setiap makanan sangat sangat terjangkau. Untuk pempek
dibandrol dengan harga seribu rupiah, minuman rata-rata 3 ribu hingga 5 ribu,
makanan berat seperti nasi goreng, mie tek-tek dibandrol 10 ribu rupiah. Murah
meriah kan?
Tenang, saya tidak hanya
mengunjungi satu warung perahu. Saya mengunjungi warung lain. Tidak banyak yang
berbeda dengan warung sebelumnya, konsep yang ditawarkan pun serupa bahkan harganya
juga hampir sama. Yang membedakan rasa makanan, pempeknya cenderung rasanya
mirip mirip, cukonya saja yang ada yang pas namun ada yang sedikit “aneh”
sehingga menganggu.
Nah, warung perahu ini bukanya sekitar bakda maghrib hingga menjelang tengah malam. Jadi buat kalian yang ingin menghabiskan malam di Kota Palembang, tempat ini sangat-sangat cocok. Cocok untuk keluarga dan cocok dengan kantong.
Nah, warung perahu ini bukanya sekitar bakda maghrib hingga menjelang tengah malam. Jadi buat kalian yang ingin menghabiskan malam di Kota Palembang, tempat ini sangat-sangat cocok. Cocok untuk keluarga dan cocok dengan kantong.
***
Tidak perlu persiapan
khusus untuk mengunjungi wisata di pelataran Sungai Musi ini. Cukup pakai baju
panjang atau jaket dan bawa uang buat jajan serta kamera buat foto-foto. Asiknya
menikmati malam di pinggiran Sungai Musi ini tentunya bersama keluarga atau
bersama teman-teman yang seru, pasti akan membawa kebahagiaan.
Kadang, kebahagiaan itu bersumber dari hal hal yang sangat sederhana tergantung sudut pandang masing masing individu. Menikmati pempek ala ala dengan harga murah dengan sesekali goyangan perahu sembari menatap Ampera yang megah adalah kebahagiaan yang ukurannya begitu sederhana namun begitu dalam untuk saya.
Malam mulai beranjak, saya dan istri kembali menyusuri pelataran pinggiran Sungai Musi menuju depan museum lantas memesan taksi online. Bulan sabit terlihat samar menemani perjalanan kami kembali ke hotel.
Kadang, kebahagiaan itu bersumber dari hal hal yang sangat sederhana tergantung sudut pandang masing masing individu. Menikmati pempek ala ala dengan harga murah dengan sesekali goyangan perahu sembari menatap Ampera yang megah adalah kebahagiaan yang ukurannya begitu sederhana namun begitu dalam untuk saya.
Malam mulai beranjak, saya dan istri kembali menyusuri pelataran pinggiran Sungai Musi menuju depan museum lantas memesan taksi online. Bulan sabit terlihat samar menemani perjalanan kami kembali ke hotel.