Bicara soal kopi kita pasti akan bertanya, dari
mana asal kopi itu berada? Nah, di Indonesia banyak sekali daerah-daerah yang
terkenal sebagai penghasil kopi. Sebut saja Aceh, Toraja, Bali dan
Lampung. Sebagai ulun (baca: orang) Lampung bangga dong karena kopi Lampung lumayan dikenal khalayak ramai dan menjadi
salah satu kopi yang diminati.
Banyaknya kedai-kedai kopi yang muncul di kota metropolitan membuat budidaya kopi menjadi angin segar bagi petani-petani kita khususnya petani kopi. Tren anak muda yang menghabiskan waktu dengan nongkrong di kedai-kedai kopi atau para pekerja yang menghabiskan waktu istirahat di warung kopi, membuat bisnis kopi ini begitu menjanjikan.
Saya tinggal di Lampung dari kecil, tepatnya di
Kotabumi, ibu kota dari kabupaten Lampung Utara. Ibu saya yang bukan petani membuat kami tidak
memiliki lahan yang cukup untuk berkebun. Ada sih lahan yang lumayan tapi palingan untuk menanam sayur mayur,
menanam pohon pisang, beternak ayam dan entog (bebek manila), dan jika ada
lahan lebih biasanya akan ditanami singkong. Siklus singkong yang cepat
menghasilkan umbi di umur delapan bulan membuat banyak orang lebih memilih
untuk bertanam singkong. Lebih menguntungkan apalagi jika harga singkong sedang
tinggi.
Di tempat saya, kesuburan tanahnya cukup subur.
Padahal tipikal tanah di Sumatera itu biasanya kurang subur, tapi tidak di
Kotabumi. Segala sayur mayur (kecuali sayuran yang tumbuh di daerah dingin
seperti brokoli dan wortel) tidak dapat tumbuh dengan baik. Begitu juga dengan
tanaman lain buah-buahan seperti mangga, rambutan dengan jenisnya yang beraneka
ragam tumbuh dengan sangat baik dan berbuah rutin setiap musimnya.
Balik lagi ke kopi, tetangga saya punya lumayan
banyak pohon kopi di belakang rumahnya. Kebetulan tanahnya luas banget, berhektar-hektar. Setelah saya selidiki,
ternyata jenis kopi yang bisa tumbuh di daerah saya adalah kopi robusta.
Biasanya pohonnya lumayan besar dan daunnya lebar. Nama robusta sendiri berasal
dari kata “robust” yang artinya kuat. Biji kopi robusta memang memiliki rasa
yang kuat dan lebih pahit dibandingkan kopi yang lain seperti arabika. Nah,
Indonesia ini jadi salah satu negara penghasil kopi terbesar jenis robusta di
dunia.
Bunga Kopi
Yang saya suka kalau musim bunga kopi bermekaran,
warna putih bunga kopi biasanya akan mengeluarkan wangi harum yang semerbak.
Enak dan menenangkan dan itu moment
yang paling saya suka. Apalagi kalau lagi musim buah-buahan, rambutan sama
jambu. Udah deh, betah berlama-lama
di belakang rumah tetangga. Bunga kopi kadang suka dimainin anak-anak cewek
buat masak-masakan.
Bunga kopi yang lolos dari bahan untuk
masak-masakan anak cewek biasanya akan menjelma menjadi pentil kecil buah yang
menghijau dan lama kelamaan akan membesar lalu berubah warna menjadi merah.
Kalau sudah merah gitu, kami kadang
suka memakannya. Daging buah kopi yang tipis rasanya manis. Itu barangkali yang
membuat binatang luwak suka. Cuma biji kopi yang dagingnya sudah kami seruput
biasanya kami buang.
Kalau sudah banyak kopi yang berwarna merah.
Tetangga suka memetiknya tanpa memilah. Maksudnya buah kopi yang berwarna hijau
juga ikut serta bercampur dengan buah kopi warna merah. Biasanya tetangga dapat
beberapa karung dan dijemur di halaman rumah. Buah kopi yang tadinya berwarna
merah dan hijau lama-lama mengering dan berwarna coklat.
Ibu yang pecinta kopi biasanya akan beli biji kopi
dari tetangga yang kopinya sudah mulai mengering. Kulit kopi akan dilepas
melalui penggilingan yang sudah ada, emak biasanya menyuruh ikam atau kakak
untuk ke penggilingan.
Setelah kulit biji terpisah, biji kopinya dijemur
sebentar lalu disangrai sampai berwarna
gelap. Tapi enggak boleh gosong. Biar kopi nggak berasa pahitnya, sama ibu
biasanya ditambah beras saat disangrai. Cuma cara ini buat beberapa orang
enggak suka karena keotentikan rasa kopi berkurang. Kopi yang sudah disangrai
biasanya ditumbuk dengan menggunakan tumbukan tradisional yaitu tumbukan dari
kayu yang dilubangi tengahnya, penumbuknya juga dari kayu. Orang Lampung
biasanya menyebutnya lesung.
Setelah halus kopi yang sudah ditumbuk akan disaring
dan akan disimpan ibu di dalam toples buat stok di dapur beberapa bulan. Biasanya
kalau ada tamu, minuman kopi jadi sajian utama. Sampai sekarang kebiasaan minum
kopi yang dibuat sendiri masih berlangsung. Orang Lampung jarang minum kopi
sachet, nggak kopi banget.
Kalau menyeduh kopi kan biasanya pakai gula. Ada
yang unik kalau gula putih di rumah enggak ada. Ibu biasanya akan minum kopi
dengan gula merah. Jadi gulanya digigit terus kopinya diseruput. Kebiasaan ini
enggak cuma ada di Lampung doang sih,
di beberapa daerah di Indonesia juga ada.
Saat event
kompetisi produk kopi tingkat internasional digelar di Paris Oktober kemarin,
23 produk kopi Indonesia berhasil memborong penghargaan. Dan Kopi Lampung AEKI
D’Lampung berhasil dapat bronze gourmet. Kompetisi ini diikuti lebih dari 170 produsen
kopi di seluruh dunia loh. Nah,
Indonesia berhasil jadi negara kedua yang memperoleh penghargaan terbanyak
setelah Kolombia. Keren kan dan membanggakan.
Meskipun Kopi Lampung sudah terkenal sampai
mancanegara, tapi sayang sungguh disayang saya enggak bisa minum kopi. Terhalang sakit maag, tapi kalau sesekali
bolehlah, paling perut kembung sedikit ha... ha... ha...
Minum kopi paling enak kalau ada temannya. Biasanya
ibu akan minum kopi dengan rebusan pisang atau pisang goreng, singkong rebus
atau singkong goreng atau biasanya minum kopi dengan hidangan biskuit. Kalau
sempat ibu biasanya membuat keripik pisang khas Lampung dari pisang kepok yang
ditanam di belakang rumah. Pisang yang sudah tua (belum matang dan berwarna
hijau) ditebang, kemudian dikupas dan diiris tipis-tipis dan digoreng.
Udah
deh kalau minum kopi sambil mengunyah keripik pisang, rasanya juara banget. Nganik bangik deh pokoknya!
Setiap mudik lebaran ke Lampung dan balik lagi ke
perantauan, saya biasanya akan bawa kopi lampung untuk oleh-oleh. Beberapa
merek biasanya ikam bawa dan dibagikan ke rekan kerja. Biasanya kopi Lampung
jadi oleh-oleh rebutan khususunya untuk bapak bapak.
Kalau kalian pengen
banget nyobain kopi lampung. Sekarang mah gampang bisa pesan di online shop. Atau pesan dari teman-teman
yang sedang berkunjung ke Lampung. Sekalian pesan keripik pisang juga. Terus
makan saat menunggu senja di beranda rumah ditemani rintik hujan dan lagu-lagu
tahun 90-an. Juara!
Baiklah, demikian sekelumit tentang kopi Lampung. Saya
belum cerita banyak tentang seluk beluk dan daerah mana saja yang jadi
penghasil kopi di Lampung. Tapi setidaknya tulisan ini ngasih gambaran sedikit betapa pentingnya kopi untuk masyarakat
Lampung khususnya ibu saya ha... ha...
ha....
Sampai jumpa di tulisan tentang Kopi Lampung dari
sudut pandang lain dan makanan khas lainnya. Terima kasih sudah membaca!