Selain
Pulau Jawa yang saya tinggali sekarang dan Pulau Sumatera tempat asal saya.
Kalimantan adalah pulau yang kerap saya kunjungi karena tugas negara. Dulu
waktu magang kuliah saya sempat berdiam sekitar 4 bulan di Kalimantan Tengah.
Sekitar tahun 2011 hingga 2017, saya sering dikirim ke beberapa kabupaten di
Kalimantan Barat untuk melaksanakan kegiatan pelatihan guru-guru SD negeri di sana.
Tiga pulau besar sudah saya kunjungi meski tidak semua propinsi. Dua pulau
besar yaitu Sulawesi dan Papua yang belum.
Akhirnya,
saya berkesempatan untuk berkunjung ke Sulawesi. Bukan untuk tugas negara
melainkan dalam rangka jalan-jalan alias travelling. Dan pilihan saya ada di
Sulawesi Selatan dengan ibukotanya adalah Makassar. Saya pun memesan tiket pesawat
dengan tujuan Makassar, kebetulan lagi ada promo dari Garuda, jadi PP ke
Sulawesi kali ini bisa enjoy bersama Garuda ha...ha...ha...
Perjalanan
ke Makassar dimulai dari Soekarno Hatta. Perjalanan saya ini tidak sendirian, kami
berenam. Sekitar pukul tujuh pagi kami memasuki
terminal Ultimate 3. Pesawat kami terbang sekitar pukul 10 pagi dan tidak
transit dulu. Jadi langsung ke Makassar. Perjalanan dilalui 2 jam lamanya.
Lumayan lama tapi bahagia rasanya, karena ini kali pertama saya ke Sulawesi.
Sampai di
Makassar menjelang sore. Perbedaan waktu antara Jakarta dengan Makassar sekitar
satu jam. Begitu sampai di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin,
euforia Tanah Sulawesi sudah terasa. Di beberapa sudut bandara, display tempat wisata di Sulawesi
Selatan sudah terpampang nyata di bandara seperti Wisata Sungai di Rammang,
Pantai Losari termasuk keunikan Toraja.
Rumah Tongkonan, Toraja
Di Makassar
kami berkumpul di rumah teman yang menetap di Makassar. Menuju rumahnya kami
melewati salah satu pantai yang melegenda di Makassar, Pantai Losari. Beberapa
orang terlihat duduk duduk manis. Beberapa foto-foto dan beberapa lainnya
sedang menikmati jajanan di sekitar Pantai Losari. Di pinggir jalan juga
terlihat makanan khas Makassar yaitu pisang apek. Kalau boleh turun, saya sudah
turun duluan untuk mencoba pisang ape. Namun karena kami baru sampai hasrat
hati diurungkan dulu. Apalagi setelah maghrib nanti kami langsung menuju
Toraja, jadi perlu simpan banyak energi.
Sekitar
ashar, saya dan teman-teman seperjalanan tiba di rumah teman yang nantinya akan
menjadi tempat kami menginap saat menjelajah Makassar dan kabupaten lainnya di
Sulawesi Selatan.Kami pun berbincang menyoal kesibukan masing-masing dari kami.
Perjalanan kami ke Toraja tidak hanya dilakukan oleh teman-teman satu daerah,
kami lumayan berjauhan daerahnya. Saya dari Bogor. Ada yang dari Depok,
Palembang dan Yogyakarta.
“Di
Toraja kulinerannya enak-enak kan?” tanya saya ketika kami berkumpul. Di antara
kami, ada beberapa teman yang sudah sempat mengunjungi Toraja.
“Di
Toraja jarang kuliner yang sesuai,” jawab teman yang sudah kerap mengunjungi Toraja.
“Maksudnya?”
tanya teman yang juga belum mengunjungi Toraja.
“Ya,
karena sebagian besar masyarakat Toraja bukan muslim jadi makanannya banyak
yang tidak halal,” jawabnya lagi.
Saya
mengangguk. Salah satu kenikmatan dalam melakukan sebuah perjalanan menurut
saya adalah dapat menikmati makanan khas daerah setempat. Dengan menikmati
kuliner dan mengetahui bahan pangan, saya jadi belajar banyak tentang kekayaan
alam terutama tentang bahan pangan lokal.
“Terus ke
Toraja, kita akan mengunjungi apa saja?” Teman yang lain bertanya.
“Tenang!
Simpan energi kalian! Akan banyak keseruan-keseruan yang diperoleh ketika
mengunjungi Toraja.”
Kami mengangguk.
Pisang goreng dengan taburan wijen yang terhidang menjadi penganan asik saat
kami berbincang, ditambah dengan teh hangat dan kopi panas membuat sore itu
adalah satu sore terindah.
***
Saat ada
obrolan untuk mengunjungi Makassar, saya adalah salah satu orang yang paling
semangat. Seperti cerita di awal, Sulawesi adalah pulau yang belum saya injak,
sehingga ketika tujuan travelling kali ini adalah Sulawesi jiwa saya bergelora.
Mulailah
kami menabung mengingat biaya travelling ke Makassar dan sekitarnya tidaklah
sedikit. Biaya pesawat, transportasi selama di Makassar, dan biaya makan adalah
pos pos yang memakan banyak biaya. Biaya pesawat kami tanggung masing-masing,
tapi biaya transportasi selama berada di daerah tujuan, biaya menginap, biaya
makan kami akan jumlahkan semuanya lalu dibagi rata. Beberapa kali melakukan
perjalanan dengan cara ini lumayan menghemat budget.
***
Perjalanan
dari Makassar menuju ke Toraja tidaklah sebentar. Kami sengaja menyewa bus
jenis elf untuk berkunjung ke Toraja. Namun jangan khawatir jika tidak menyewa
elf, ada bus-bus dengan fasilitas yang baik yang dapat membawa kamu sekiranya
nanti ingin berkunjung ke Toraja. Alasan kami menyewa elf tentu saja akan
memudahkan mobilitas kami dalam mengunjungi tempat-tempat indah di Toraja.
Pukul
tujuh malam, setelah menikmati makan malam yang begitu nikmat, bus elf membawa
kami ke Toraja.
Bicara
sial Toraja, entah kenapa pikiran saya Toraja tidak berada di Sulawesi Selatan
melainkan berada di Sulawesi Utara. Makanya ketika teman yang sering ngetrip ke
Makassar dan sekitarnya memasukkan Toraja sebagai daftar tempat yang harus
dikunjungi saya lumayan kaget. Jauh sekali harus melintasi Sulawesi Selatan ke
Sulawesi Utara. Namun saat melihat peta, pengetahuan saya ternyata keliru.
Tapi, kalau dilihat peta juga, jarak Kota Makasar dengan Toraja dari ujung ke
ujung dan melewati beberapa daerah seperti Enrekang.
Masih ngomongin soal Toraja, di benak saya
yang paling diingat adalah kerennya rumah adat di sana yang sekilas mirip
dengan rumah di Sumatera Barat. Hal lain yang saya ingat tentang Toraja dari
pelajaran IPS saat sekolah adalah upacara kematian yang megah di sana dengan
memotong kerbau yang konon semakin banyak kerbau yang dipotong menandakan kehebatan
orang yang meninggal.
Sepanjang
perjalanan saya hanya melihat rumah-rumah yang diberi penerangan lampu
samar-samar, Tidak terlalu kelihatan jelas. Saat kembali dari Toraja menuju
Makasar, saya baru sadar telah melewati banyak keindahan dan rumah-rumah panggung
khas Sulawesi. (Ceritanya nanti di tulisan berikutnya).
Beberapa
kali bus yang kami tumpangi berhenti karena ada yang mau buang air kecil. Beberapa
kali pula saya melirik jam di tangan. Toraja masih jauh rupanya....
Pukul
tujuh start dari Makassar kami tiba di Toraja sekitar pukul 5 subuh. Sekitar 10
jam waktu yang harus kami habiskan untuk mengunjungi Toraja, sama seperti waktu
tempuh saya dari Bogor menuju ke Lampung. Jauh sekali...
Kami
berlabuh di rumah seorang teman kenalan teman saya yang sering berkunjung ke
Toraja. Kami bebersih diri, sholat subuh dan sarapan buah di sana. Ada kue khas
Toraja yaitu kue beppa tori atau deppa tori yang dihidangkan bersama kopi
Toraja yang terkenal sebagai salah satu kopi terbaik di Indonesia. Kue deppa
tori dengan ukuran sebesar jari tangan dengan bentuk memanjang memiliki rasa
yang manis dan tekstur yang crunchy,
apalagi adanya wijen yang membuat kue ini terlihat unik.
Penampakan Kue Deppa Tori
Saya
mengambil deppa tori di dalam toples. Saya mengangguk-angguk mencoba menebak
bahan baku dari kue ini. Tepung beras dan gula merah adalah bahan utama dalam
kue deppa tori ini ditambah dengan biji wijen membuatnya terasa makin gurih. Memakan
deppa tori dengan kopi Toraja terasa begitu nikmat! Alhamdulillah.
Sebelum
menjelajah Toraja, kami pun berbincang tentang perjalanan satu malam menuju
Toraja. Tentang mengenal lebih dalam kehidupan pemilik rumah yang kami singgahi
di Toraja yang menghidangkan sarapan yang begitu nikmat.
Kopi
toraja masih kami seruput. Kue deppa tori masih kami nikmati. Sinar mentari
mulai terlihat benderang, itu tandanya kami bersiap untuk menjelajah keunikan
Toraja.
Aasyiknya ke Toraja...
BalasHapusSaya belom oernah ke indonesia tengan dan timur.
Yang sudah dijelajahi hampir seluruh umatera dan hampir seluruh jawa.
Moga2 perekonomian indonesia membaik jadi bisa beli tiket buat jenjalan.
Atau harga tiketnya yang turun ya Allah, aaamiin..
Seruuuuu bangeeett!
BalasHapusIndonesia memang super duper indah!
Bahagia sekali kalo semua bisa kita jelajah
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Salah satu bucketlist saya nih ke Tanah Toraja. Asik banget ya mas kayaknya, bisa kenal banyak budaya dan tradisi asli sana plus kita juga jadi kaya akan kebudayaan Indonesia. Hmmm, mudah-mudahan bisa kesana suatu saat nanti.
BalasHapusSaya sering makan kue itu Mas. Kebetulan pas tinggal di asrama Abri, tetangga saya orang Tanah Toraja atau Tator. Dan di sana memang terkenal upacara ada Rambu Solo.
BalasHapusHarusnya mampir ke pantai Losari Mas. Apalagi di sekitar banyak tempat wisata. Misalnya benteng Rother Dam. Dan pastinya makan pisang epe ya Mas. Bukan pisang Ape hahaha
Kue Deppa Tori seperti kue cincin Betawi atau hampir kayak Cucurdi Jawa ya, tapi ada wijennya
BalasHapusSelalu pengin ke Toraja..belum kesampaian juga.
Semoga segera:)
Ditunggu cerita keseruan di sana, Mas
Wah jalan2nya sudah sampai ke toraja, aku juga tertarik banget sama kebudayaan toraja, apalagi bangunan rumahnya yang khas banget, dengan baca ini bisa jadi pengetahuan tambahan sebelum traveling kesana
BalasHapusSeneng deh kalau lihat orang jalan2 didalam negeri, rasanya pingin ikutan juga, tp kendala di nih, semoga kapan2 bisa ke Toraja, seru kayaknya
BalasHapusbahagia rasanya bisa berkunjung ke tanah toraja yang tersohor akan budayanya. Semoga aku juga berkesemoatan kesana bang
BalasHapusBagus banget toraja ya. Padahal 3 kali ke makassar tapi kok ya ga sempay mampir ke toraja
BalasHapusNda sabar nunggu lanjutan ceritanya hehehe di Makassar sendiri, sempat eksplore ke mana saja? Kalo di sini, banyakan wisata kuliner atau sejarah sih ya, kalau wisata alam begitu mesti keluar Kota Makassar-nya
BalasHapusToraja itu tempat wisata idamanku, berharap suatu saat dapat ke sana. Takjub dengan budaya yang ada di sana...
BalasHapusSaya jadi pengen deh main ke Toraja. Dari dulu planning wisata ke sulawesi gagal terus. Skrg harga tiket domestik sudah melangit.. huhuhu..
BalasHapusItu kue Deppa Torinya menggiurkam. Berarti bisa jadi oleh2 nih kalau temen plg ke toraja.. xixi