Pergi
ke Sumba tentunya menjadi salah satu impian seseorang. Ya, meski nggak semua
orang juga tentunya. Seperti yang sudah tersebar di media-media, Sumba terkenal
dengan bukit-bukitnya yang berundak-undak, pantainya yang berwarna hijau toska
dan yang paling utama adalah Padang Rumput Savananya.
***
Baca juga:
Menikmati Senja di Pantai Walakiri, Sumba Timur
Sumba dan Film-film Yang Membersamainya
***
Sepanjang
jalan menuju kecamatan-kecamatan di Sumba Timur, baik bagian selatan maupun
bagian utara, kita akan disuguhi keindahan padang rumput yang menggoda
warnanya. Tergantung musim. Apabila penghujan, rumput menjelma warna hijau
dengan bunga-bunga liar yang menawan. Biasanya kita akan menemukan rumput hijau
di Bulan Desember hingga Maret. Menjelang April, rumput mulai berubah cokelat
meski tak sepenuhnya. Juli hingga Oktober, rumput benar-benar cokelat bahkan
hitam. Eksotis sekali.
Saya
mengunjungi Sumba Timur sebanyak tiga kali di musim yang berbeda. Awal
November, musim kemarau masih setia. Saat melewati padang rumput, semua berwarna
cokelat, beberapa terlihat hitam karena dibakar. Beberapa terlihat berwarna
abu-abu. Meski cuaca sedang panas, tak menghalangi kami untuk berswafoto.
Selanjutnya
saya datang lagi di Bulan Februari, kali ini musim berganti. Rupanya musim
penghujan telah mengubah semuanya. Hijau mendominasi, cuaca lebih bersahabat
karena hujan sesekali datang bersama angin. Pohon yang di bulan November
kemarin kering terlihat menghijau seperti tidak pernah terjadi kekeringan
sebelumnya. Rerumputan yang terlihat cokelat, abu-abu bahkan menghitam, juga
terlihat hijau riang. Sama. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa di musim
sebelumnya.
Bulan
April kedatangan kami yang ketiga, masih melewati tempat yang sama. Kali ini
musim peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Rerumputan terlihat
masih menghijau meskipun di beberapa bagian sudah mulai terlihat berwarna hijau
kecokelatan.
Jika
ditanya lebih asik yang mana jika mengunjungi Sumba maka saya akan menjawab
semuanya punya keindahan masing-masing. Tapi, dari semua musim, saya paling
suka datang ke Sumba saat muism penghujan. Lebih adem soalnya. Jika datang
musim kemarau, panasnya Sumba mungkin dua kali lipat dari panas di Bogor saat
musim kemarau. Kalau panas ada angin sepoi-sepoi kan enak, lah di Sumba angin
sepoi-sepoi adanya di pinggir pantai saja jarang muncul di daerah kejauhan
pantai. Jadi panasnya itu gerah dan terpusat.
Berkunjung
ke padang rumput Savana khas Sumba paling asik dilakukan di sore hari. Sembari
menunggu matahari terbenam. Spot yang dapat dipilih juga banyak pilihannya.
banyak padang rumput yang sepertinya tidak ada pemilik dan jauh dari pemukiman
warga. Jadi, parkirkan mobil di pinggir jalan lalu mulailah mengeksplor padang
rumput.
Tiga
kali mengunjungi Sumba, saya bolak balik mengunjungi utara Sumba. Jadi selalu
melewati tempat ini, Puru Kambera di daerah Kanatang Sumba Timur bagian Utara. Turun
dari mobil, kita akan disuguhi padang rumput luas, jika mengangkat kepala
sedikit lebih tegak dan pandangan mata mengarah ke arah paling jauh akan
terlihat lautan luas utara Sumba. Jika mata awas, samar-samar akan terlihat
Pulau Flores yang masih masuk kepulauan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Jika beruntung,
hewan ternak yang dilepas secara liar akan muncul di beberapa sudut padang
rumput. Puluhan ekor sapi terlihat bergerombol dari kejauhan. Jika beruntung
lagi, gerombolan kuda-kuda liar yang ada pemiliknya akan terlihat sedang
menikmati rumput. Karena penasaran saya
mendekati gerombolan kuda untuk diam-diam mengambil foto.
Rupanya
keberadaan kami diketahui kuda-kuda tersebut. Beberapa kuda menjauh. Saya
kembali mendekati diam-diam. Namun rupanya, kuda-kuda tersebut cukup awas akan
keberadaan kami. Karena gemes, saya berlari mengejar gerombolan kuda tersebut.
Namanya kuda, saya dekati diam-diam saja pergi menjauh apalagi kalau dikejar.
Jangan
dipikir berlarian atau berjalan di padang rumput savana ini senikmat berlari di
rerumputan golf. Beda sekali. Kontur tanah yang berbatu dan tidak rata membuat
kita mesti berhati-hati dalam menapaki langkah demi langkah menuju padang
rumput. Konon bebatuan ini adalah batu karang dari lautan yang muncul ke
permukaan atau air laut yang mulau surut. Rumput yang tumbuh pun berbeda
jenisnya dengan rerumputan yang tumbuh pada umumnya. Jika musim penghujan, bunga-bunga
semak yang tumbuh liar akan bermekaran membuat keindahan padang rumput akan
terlihat begitu memesona.
Matahari
mulai tenggelam. Tandanya kami harus kembali ke Kota Waingapu. Jika matahari
sudah benar-benar tenggelam dan hanya meninggalkan semburat jingga, suasana
akan mulai gulita karena sebagian besar daerah Puru Kambera adalah padang
rumput dengan sedikit sekali pemukiman tempat tinggal.
Kami
memasuki mobil. Sorot lampu membelah jalan yang sudah gelap gulita. Jika siang
hari hewan-hewan seperti kambing, sapi, domba dan babi lalu lalang di jalanan. Kali
ini tidak. Mereka sepertinya paham akan fitrahnya untuk menjadikan malam
sebagai waktunya istirahat.
Saya mulai
memasuki Kota Waingapu. Sungguh, pengalaman yang begitu berharga hari ini. Bisa
menapakkan kaki ke Padang Rumput Savana di Sumba. Alhamdulillah.
MasyaAllah keindahan pesona Sumba indah tiada tara, savananya udah kayak di luar negeri ya bikin liburan penuh petualangan
BalasHapusUniknya padang rumput savana, ya.
BalasHapusSaya pengen sekali melihat gerombolan kuda seperti itu.Berasa di film-film :)
SUMBA ini kereeennn!!
BalasHapusAku terpukau dgn Sumba pasca lihat vlognya Fathia Izzati
https://bukanbocahbiasa(dot)com
Bener bang, pergi ke sumba itu impian banyak orang termasuk saya. Duh, liat postingan ini jadi makin pengen jalan ke sana.
BalasHapusPadang rumput kalo pas ada segerombolan ternak gitu jadi angel yang bagus ya buat di foto. Sayang waktu saya kecil pas di kampung belum ada HP camera seperti sekarang, Padahal sering ada moment indah seperti itu hehe ...
BalasHapusSumba memang terkenal dengan kudanya ya mas selain pantai yang indah. Terimakasih infonya mas karena saya baru tau kalo padang savana itu tidak hanya berisi rerumputan yang indah. Tapi beneran bagus sekali untuk spot foto ya mas
BalasHapusLuas banget padang rumputnya, seru juga ya mengunjungi sumba. Kalau aku lebih seru datang kesana saat musim penghujan karena pastinya rumput2 sedang hijau2nya
BalasHapusKe Sumba salah satu impian saya juga, Mas Erfano. Apalagi keindahan Sumba sudah diekpos ke mana-mana. dan jujur, saya belum pernah lihat rumput savana.
BalasHapusPengin tuh, Mas, foto di sana pakai kain khas Sumba, lalu dengan kuda hahaha.
Foto terakhir bagus sekali.
BalasHapusSaya tau savana di Sumba ini dulu oas masih kecil nonton ftv di tvri yang dibintangi maudy koesnaedi sebagai yg berperan sebagai perempuan Sumba
Memang keren lah savana di sumba ini
Bikin iri aja,Mas, dah 3 kali ke Sumba..aku belom pernah. Duh!
BalasHapusKelihatan di foto kek rata aja permukaannya tapi ternyata berkontur ya, Jadi mesti hati-hati jalannya.
Tapi aseliiik, mau kemarau apa hujan musimnya, foto-foto Sumba selalu warbiyasaa
Ya Tuhan indah banget salah satu daerah di Ibdonesia. Gk kebayang saat musim kemarau, dijakarta saja panasnya ampun"an ya. Tq mas for sharing ceritanyaa
BalasHapusPemandangannya cakep sekali. Kebayang juga angin pas di sana pasti kencang juga ya?
BalasHapusUniknya ada gerombolan kuda yaa..kalau di sini saya biasa lihatnya di Bukit Merese, tapi adanya kerbau...bukan Kuda..
Indah bangeeet. Baca Savana di sini saya jadi pengen isi daftar impian bisa ke Sumba suatu hari nanti deh. Bikin ngiler mas. Thanks sharing ceritanya ya.
BalasHapusSavana memang selalu menarik perhatian, karena bisa memanjakan mata dengan keindahan alam yang ditawarkan
BalasHapusSungguh indah sekali kak,jadi aku pengen kesana..bisa jadi list tempat yang pengen didatangi ni
BalasHapusAku selalu pengen bgt ke Sumba. Entah kenapa sepertinya Sumba itu punya aura destinasi wisata yg bagus bgt. Ditambah lg ada savana. Jd tambah pengen pergi ke sana.. mdh2an ada waktunya nih...
BalasHapusSangat tertarik untuk travelling ke Sumba. Ya, saya siapa yang tidak ingin ke Sumba. Semoga bisa punya kesempatan untuk menikmati keindahan sumba....
BalasHapusSubhanallah indah banget kak, lapang hijau terpapar luas. Sumba itu mempunyai alam yang indah yang belum di kenal oleh banyak orang yac kak.
BalasHapusKayaknya seru banget Mas perjalanannya. Ngomong soal kuda, saya gak berani deketin mah. Ada trauma setelah pernah digigit kuda di De Ranch.
BalasHapusAsyik ya masih ada padang rumput begini, andai Jakarta ada, hehehe seger pasti lihatnya, bs mengedukasi anak2 jg
BalasHapusKeindahan Padang rumput savana ini hampir sama seperti yang aku temui saat berkunjung ke Fulan Fehan yang ada di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
BalasHapusDuh! aku jadi kangen liburan ke sana nih*
Kepengen banget bisa explorasi alam ke Sumba bareng anak-anak. Lihat ladang rumput dan dihembus angin kencang....duh kebayang deh.
BalasHapusIndah sekali foto panorama padang rumput Sumba dengan latar laut lepas di belakangnya. Berapa lama yang dibutuhkan untuk menyusuri padang runput itu dengan berjalan kaki hingga ke tepian? Para hewan ternak yang bergerombol di sana apakah tahu jalan pulang sendiri atau ada yang menggiringnya? Bagaimanakah cara mereka kembali ke peternakan tuannya?
BalasHapusSaya tertarik membaca kisah perjalanan di daerah yang menyimpan keunikan tersendiri.
Salah satu list liburan saya nih... foto2 nya bikin mupeng Mas
BalasHapusTempat nya bagus bgt,indah ya. Fitur2 d sini pastinhasul nya bgs bgt dgn background Padang rumput Savana. Ada gerombolan kuda segala, dah kaya d luar negerinya. Kpnnya bs k sana .. mupeng ihh
BalasHapusSumba memang terkenal dengan padang rumput savananya, entah kapan bisa menikmati keindahan alam ini secara langsung. Amin Ya Allah...
BalasHapusMupeng sama Sumba. Dulu punya keinginan honeymoon di sana. Tp blm kesampean.. mdh2an next family holiday bisa ke sana nih...
BalasHapus