Jajanan pasar itu sudah seperti bagian hidup. Ngomongin kuliner yang satu ini, aduh recall memory banget buat saya.
Kenangan akan jajanan
pasar pertama kali muncul saat saya berkunjung ke rumah nenek. Saya menginap dua
minggu sekali atau sebulan sekali. Biasanya, pagi-pagi penjual jajanan pasar
akan berkeliling sambil berteriak, “Kue… kue…kue.”
Nenek akan memanggil
sang penjual, kemudian sang penjual jajanan pasar akan datang kemudian
menurunkan tambah berisi kue-kue khas jajanan pasar. Saat kain penutup tampah
dibuka, kue-kue menggoda selera seolah memanggil-manggil. Ada bakwan yang
dibuat membulat, pisang goreng, onde-onde, gandasturi, tahu berontak (tahu
isi), getuk, nagasari (tepung yang didalamnya ada pisang) dan kue lain yang saya
lupa namanya.
Nenek kemudian
menyuruh saya untuk ambil kue-kue yang diinginkan. Saya mengambil bakwan,
pisang goreng, gesturi dan onde-onde. Nenek tersenyum melihat aku yang semangat
mengambil kue kue khas jajanan pasar.
Saat itu tahun 90an,
bisa menikmati jajanan pasar sungguh kenikmatan yang luar bisa. Jajanan masih
alami dan dibuat dengan olahan tangan. Cukup jauh berbeda dengan zaman
sekarang.
Kenangan-kenangan
akan jajanan pasar masih kuat. Di acara-acara keluarga atau tetangga kampung
seperti pernikahan, khitanan, pengajian,
jajanan pasar yang dibuat sendiri menjadi sajian pelengkap untuk minum
kopi dan teh. Kenangan akan jajanan pasar belumlah usai, jajanan selama
sekolah, atau ketika diajak ibu ke pasar kemudian mampir untuk beli kue.
Aktivitas-aktivitas
itu menjadi kenangan-kenangan manis yang membuat jajanan pasar hingga kini
menjadi salah satu makanan favorit. Jika berkunjung ke daerah-daerah, salah
satu kuliner yang saya cari adalah jajanan pasar.
Ketika merantau ke
Bogor, saya mengenal beberapa jenis jajanan pasar yang lebih banyak dan jarang
ada saat saya kecil dulu. Kue kue seperti risol, pie buah, sus, cucur, surabi,
lopis, dan beberapa kue lainnya baru saya temui dan nikmati ketika berada di
Bogor.
Ketika sudah bekerja,
kesempatan saya dalam mengenal jajanan pasar meluas. Saat berkunjung ke
Makassar tahun 2016, saya mencoba jalangkote, panada (roti isi ikan), bakwan
udang dan jajanan pasar lainnya. Bagi saya moment pagi-pagi berangkat ke tempat
di mana jajanan pasar berada adalah salah satu kenikmatan dunia. Membahagiakan….
Saat berkunjung ke
Nias, pagi-pagi saya berkeliling di jalanan Kota Gunung Sitoli. Ada tempat
sarapan yang menyediakan nasi lemak dan lontong sayur khas medan. Saya pun
mampir, yang bikin surprise di meja sisi kanan bagian depan, ada jajanan pasar
sudah berjajar rapi.
Beberapa kue jajanan
pasar cukup familiar, ada bakwan, pisang goreng, kue lapis, bolu kukus,
onde-onde. Namun ada satu kue yang menarik perhatian saya yaitu ketan yang
dibungkus daun pisang dan diberi pisang goreng di atasnya. Tanpa pikir panjang,
saya pun membeli dan menikmatinya. Rasanya? Enak sekali, perpaduan antara ketan
yang gurih dicampur dengan pisang goreng yang manis. Ah, klop rasanya!
Beberapa hari di
Gunung Sitoli, Nias. Setiap pagi saya rajin untuk mencicipi ketan pisang.
Setelah saya cek di google, nama jajanan pasar ini adalah pisang goreng ketan
khas Minang.
Ketan pisang
Lain Nias lain lagi
di Kabupaten Landak Kalimantan Barat, saat berkunjung ke sana, dekat hotel ada
pasar yang berada di depan ruko ruko, di
salah satu jalanannya. Pasar tersebut
rupanya pasar dadakan yang menjual sayur, buah, ayam, ikan dan tentu saja
jajanan pasar.
Di pasar itu, saya
seperti menemukan surga yang tersembunyi. Bukan saja, jajanan pasar yang
lengkap sekali, di pasar dekat hotel ini saya menemukan buah buahan yang
dipanen saat akan dijual. Jadi jika ada pagi ini, buah dipanen kemarin sore.
Rata-rata para penjual buah dadakan ini tinggal di perkampungan yang memerlukan
waktu dua jam menuju pusat Kota Landak.
Belimbing Merah
Pernah saya
mendapatkan belimbing merah, durian kecil kecil, semangka, sirsak yang masak di
pohon, kelapa muda yang manisnya segar sekali. Soal harga, murah meriah. Uang 5
ribu bisa dapat buah sirsak yang beratnya lebih dari sekilo, atau kelapa muda
yang segarnya dan manisnya masih alami.
Setelah membeli
buah-buahan, baru deh saya mampir ke
jajanan pasar. Puluhan jajanan pasar dijajakan, beberapa kue, saya sudah
temukan dan cukup familiar. Tapi ada beberapa kue yang unik yang saya temui.
Ada kue yang bentuknya bulat terbuat dari tepung ketan, seperti kue dodongkal
yang terkenal di Bogor dan Jakarta. Beberapa kue yang saya lihat adalah tipikal
kue kue khas Negeri Tiongkok yang telah terjadi pembauran dengan kuliner khas
Indonesia.
Saya membeli kue itu
beberapa. Kue yang lainnya tentu saja bakwan dengan toping ikan teri di
atasanya serta pisang goreng. Soal harga, murah meriah sekali. Rata-rata kue
harganya seribu hingga dua ribu rupiah. Soal rasa, juara nikmatnya!
Jadi selama di
Landak, setiap pagi saya pasti mampir ke pasar itu. Menikmati kue demi kue dari
jajanan khas. Dan setiap pagi itulah adalah masa masa yang saya tunggu sebelum
akhirnya saya dijemput untuk mengisi pelatihan di sekolah sekolah negeri.
***
Kini, beberapa toko
kue atau roti umum juga menjual jajanan pasar. Inovasi jajanan pasar pun kini
berkembang pesat, beberapa jajanan pasar dibuat dengan sentuhan jajanan
kekinian. Ada juga kue tampah yang
terdiri dari kue kue dan disusun dalam satu tampah. Cantik dan unik. Walaupu
harganya lumayan dibandingkan jajanan pasar yang dijual di pasar tradisional.
Di pasar-pasar
tradisional, jajanan jajanan pasar ini masih tersedia. Walaupun tantangan untuk
jajanan pasar untuk disukai di era sekarang tidaklah mudah. Masuknya jajanan
barat dan beberapa negara Asia lainnya mulai menjadi makanan favorit di
kalangan anak-anak dan remaja. Ya kan?
Kuliner seperti pizza, roti, sosis, kebab, makanan khas Korea dan Jepang mulai
membanjiri kuliner di Indonesia.
Untuk menghentikan
pengaruh kuliner jajanan luar jelas tidak mudah. Setidaknya, tugas kita
melestarikan jajanan pasar yang ada dengan ragam cara sesuai dengan kemampuan
dan passion masing-masing. Bisa juga dengan berinovasi dengan pembauran dua
kuliner tanpa menanggalkan kekhasan masing-masing.
Jadi, jajanan pasar
apa yang mengingatkan kamu di masa kecil?
jajanan pasar favorit masa kecil ay gerontol jagung..itu lho jagung kering dikukys dikasih parutan kelapa..dulu waktu sy kecil klo beli dipasar dibungkus daun jati..hmm harumnya...dan kelapanya asli baru marut kalau ada yg beli..jd segar dan wangi sekarang jarang ada yg jual ssekalinya ada yg jual di toko bakery dibungkus mika dan harganya mihil sekali sdh langka nampaknya.. ..
BalasHapusSaya belum pernah makan belimbing merah, liatnya aja bahkan gak pernah nih. Apa sekarang masih ada ya?
BalasHapusKetan pisang. Di Medan bilangnya pulut pisang. Ingat ini tuh ingat sama almarhum bapakku mas. Ini sarapan favoritnya . Hiks..
BalasHapusBeneran bikin aku inget masa kecil
Aduh aku lupa Kak nama jajanannya. Saking udah lamanya hihihi. Cuma ada jajanan pasar yang kadang masih aku makan. Soalnya rumahku yang di Bandung deket pasar. Jajanan pasar itu ya selain enak juga murah-murah. Seneng aku hahaha
BalasHapusWih pernah ke Makassar toh Bang Erfano ...
BalasHapusDi Makassar pun jajanan pasar masih menjadi makanan yang disukai. Meskipun dalam pesta yang diadakan oleh orang berada, biasanya diletakkan aneka jajanan pasar dalam satu nampan besar.
Fyuhh cobaan bener nihh baca artikelnya Mas Erfano di siang bolong puasa, hehe...kebaca jajanan yang di pasar Landak ada belimbing merah, durian kecil kecil, semangka, sirsak yang masak di pohon, kelapa muda yang manisnya segar sekali. Beneran surga yg tersembunyi tuh ya
BalasHapusAku suka banget sama jajanan pasar soalnya enak banget ini pengen banget aku jadinya pas buat takjil puasa ya
BalasHapusJaman kecilku di Kediri jajanan pasar lengkap sekali. Ibuku biasa bikin macam-macam, kalau enggak yang jual di pasar juga ada. Jadi kangen kalau inget semua. Mana bener kata Mas Erfano, jajanan ini bahannya masih alami dan dibuat secara tradisional. Tak heran rasanya pun istimewa. Aku suka onde-onde, getuk, nagasari...wah enak semua
BalasHapusKalo saya itu jajanan pasar waktu kecil itu bakwan, onde-onde, keripik udang, sama es-esan tentunya, mau itu es roti, es lilin, es kado. Hihihi. Susah mah ya kalo nyari es-es legend sekarang ini.
BalasHapusKetan alias pulut kelapa plus pisang goreng itu masih favorit keluarga kami mas erfano.
BalasHapusMasih banyaknyg jual di dkt rumah saya di medan.
Lupis juga.
Pada dasarnya saya suka hampir semua jajanan pasar indonesia yg pernah saya coba.
Tapi yg internasional pun saya suka juga
Hehehehe
Pemakan segalanyaðŸ¤ðŸ¤
Jajanan pasar masa kecilku cenil sama lupis, ga ketinggalan deh selalu beli, kalau belimbing merah belum pernah makan nih.. kok kayak ciplukan ( golden berry ) yah bentuknya. Ah masa kecil menyenangkan banget
BalasHapusKalau diminta pilih ya, aku jauh lebih suka jajanan pasar dibandingkan aneka cake. Rasanya nggak membosankan gitu. Padahal bisa jadi bahan dasar jajanan pasar yang kumakan ya singkong lagi, ubi lagi, ketan lagi. Tapi nggak pernah bosan.
BalasHapusAnak-anak pun suka. Di sekolah mereka, ada kegiatan Jumat berbagi gitu. Tiga anak setiap minggunya dapat tugas membawa kudapan untuk dibagikan ke teman-teman. Semuanya harus kudapan tradisional. Setiap minggu makan, ada yang memang suka dan ada yang dipaksa suka. Jadi pada terbiasa deh, hihihi ...
Sekarang aku malah lebih suka bikin sendiri di rumah. Melatihan keahlian memasak, hahaha ...
Jajanan pasar memang selalu bikin rindu. Makanya aku paling suka acara ke pasar tradisional, untuk apa lagi, ya buat jajan hahaha. Tidak ketinggalan kalau lagi liburan, yang dijujuk juga pasar tradisional, karena itulah surga kuliner yang sesungguhnya.
BalasHapusBeberapa jajanan favoritku, lumpia, koci2, tahu isi, arem2. Seleraku lebih yang ke gurih2 sih drpd yang manis. Jajanan pasar ini belum bisa digantikan kue-kue kekinian yang cantek2. Masih kalau jauh hehehe
Aku juga suka banget Bang jajanan pasar. Salah satunya panada, yang diperkenalkan oleh tetanggaku yang orang asli Makassar. Aduh itu enak banget, apalagi kalau irisan cabe dimasukkan ke dalamnya. Macam meletup2 pedasnya di mulut. Sampai aku belain belajar buatnya Bang, karena susah banget cari panada di Jawa :D
BalasHapus