Siapa
yang trauma kalau berkunjung ke rumah sakit? Saya adalah termasuk orang yang
sampai sekarang masih trauma kalau berkunjung ke rumah sakit.
Pertama
kali saya dirawat di rumah sakit adalah awal tahun 2015. Saat itu wabah DBD
lumayan menelan banyak korban termasuk saya. Saya ingat betul, Jumat sore
setelah pulang dari kantor badan saya tiba tiba panas. Malam malam berikutnya,
badan sakit luar biasa, demam yang tidak kunjung turun dan nafsu makan yang
hilang total. Periksa ke klinik di hari Rabu, dokter salah mendiagnosa hingga
akhirnya, bintik-bintik merah mulai memenuhi tubuh.
Singkat
cerita saya dirujuk ke salah satu rumah sakit. Saat cek darah, trombosit saya
turun hingga 24ribu, saya dinyatakan
positif DBD. Jujur saya tidak begitu khawatir saat tahu saya positif, namun
perlakukan tidak mengenakkan dari pihak RS yang membuat saya jadi down, pikiran
ke mana-mana. Fasilitas yang seharusnya saya peroleh adalah kamar yang berisi dua
pasien. Namun, entah manipulasi entah fakta, kamar yang jadi hak saya penuh dan
saya dilempar ke kamar yang berisi 8 orang. Kejadian demi kejadian yang tidak
mengenakkan membuat saya trauma. Trauma yang muncul bukan karena sakit yang
saya derita namun ketidakramahan pegawai dan nakes (kecuali dokter) yang membuat
saya makin khawatir.
Kejadian
berikutnya yang membuat saya trauma saat berurusan dengan rumah sakit adalah
saat istri akan melahirkan. Proses caesar yang harus ditempuh bagi kami tidak
apa-apa. Namun pegawai RS yang bertugas di IGD yang membuat saya geleng-geleng
kepala. Judes minta ampuun.... Nggak ada ramah ramahnya.
Rumah
Sakit Premier Bintaro
Saat
berkunjung pertama kali ke RS Premier Bintaro, jujur trauma akan ketidakramahan
pegawai dan nakes di RS terdahulu masih kebayang. Namun saat masuk RS Premier
Bintaro semua terbantahkan.
Awal masuk, security yang bertugas ramah menyapa dan mengarahkan untuk scanning kesehatan. Lalu saya diarahkan ke CS untuk bertanya perihal kunjungan. Kesan keramahan yang begitu positif berlanjut pada suasana rumah sakit yang nyaman sekali. Ada taman sebagai ruang tunggu, rooftop yang nyaman, dan fasilitas kesehatan yang canggih.
Hospital
Tour
Tujuan
kunjungan saya ke RS Premier Bintaro adalah melakukan hospital tour dan healthy
talk. Untuk hospital tour, ada beberapa ruangan yang saya dan teman teman
lainnya kunjungi. Pertama kami mengunjungi Ruang Flamingo. Di ruangan ini
dikhususkan untuk lab pemeriksaan jantung (cathlab), pemeriksaan batu ginjal
dan endoskopi. Ruangan yang nyaman dengan ruang recovery sebelum dan sesudah
tindakan yang tidak kalah nyaman. Peralatan pada fasilitas kesehatan di ruangan
ini selalu diupdate mengikuti inovasi kesehatan.
Setelah
dari Ruang Flamingo, kami melanjutkan tour ke Ruang IGD. Di ruangan ini
terdapat 14 ruangan, ruangan tindakan dan dua ruangan isolasi. Di ruangan IGD,
ada SOP prioritas kedaruratan khusus yang dipajang untuk mengingatkan nakes
agar cepat tanggap dalam menangani pasien.
Berikutnya
kami ke ruangan radiologi. Fasilitas kesehatan di ruangan ini berupa USG, CT
Scan dan yang terbaru MRI 3 Tesla Signa Pioneer yang merupakan bentuk komitmen
RS Premier Bintaro untuk memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pasien. MRI
di RS Bintaro adalah MRI terbaik di Indonesia, saat pasien melakukan proses MRI
pasien dapat request lagu untuk didengarkan atau menonton film yang juga bisa
direquest.
Hospital
Tour selanjutnya adalah ke Ruang Skin dan Laser Clinic yang menjadi pilihan
pasien dalam melakukan perawatan kulit wajah agar terlihat awet muda dan
glowing. Peralatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan maupun tindakan di
Ruang Skin and Laser Clinic ini berteknologi canggih dan muktahir.
Di
RS Premier Bintaro ini ada taman untuk ruang tunggu yang dikelilingi beberapa
tempat makan yang membuat pasien maupun pengunjung yang akan menjenguk merasa
nyaman dan tak perlu khawatir kelaparan. Ada juga rooftop yang digunakan pasien
untuk terapi, fasilitas kesehatan lain yang tidak sempat saya dan teman teman
kunjungi karena keterbatasan waktu.
Healthy
Talk
Setelah
melakukan tour, acara dilanjutkan dengan obrolan soal Scoliosis. Kali ini ada
dokter Asrafi Rizki Gatam, SpOT-Spine Orthopaedic Spine Surgeon yang
menyampaikan materi mengenai Mitos, Fakta dan Penanganan Idiopatik Skoliosis.
Kalian
tahu apa itu Scoliosis? Scoliosis merupakan kelainan tulang belakang dengan
keadaan miringnya tulang belakang ke arah samping dan disertai dengan adanya
rotasi pada tulang belakang.
Nah,
mengenai Scoliosis ini ternyata banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat
yakni penyebab Scoliosis diantaranya karena angkat beban berat, postur tubuh
yang salah. Mitos lain menyebutkan jika Scoliosis dapat menyebabkan nyeri, lalu
olahraga berenang dapat mengurangi sudut Scoliosis, Scoliosis dapat disembuhkan
dengan posisi duduk yang baik, manipulasi spine dapat mengurangi sudut
scoliosis, fisioterapi dapat mengurangi sudut scoliosis dan wanita dengan
scoliosis tidak dapat hamil.
Sebenarnya
Scoliosis ini belum diketahui penyebab pastinya, namun secara idiopatik Scoliosis umumnya
ditemukan pada perempuan usia remaja, secara neuromuscular terdapat gangguan
fungsi syaraf dan kelainan otot, dan secara congenital, scoliosis merupakan
kelainan bawaan dan terdapat tulang belakang yang tidak terbentuk sempurna.
Untuk
tanda dan gejala Scoliosis pada umumnya tidak ada gejala namun ada beberapa hal
yang dapat dijadikan acuan seperti tidak sengaja terlihat (bahu tidak simetris,
terdapat punuk di punggung, payudara terlihat besar sebelah) dan sering merasa
pegal pada punggung atau pinggang.
Jika
sudah menemukan tanda dan gejala tersebut, perlu dilakukan diagnosis dini perlu
dilakukan pemeriksaan rutin. Untuk perempuan biasa muncul pada usia 10 hingga
12 tahun sedangkan untuk laki-laki muncul pada usia 12-13 tahun. Pemeriksaan
tapis dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, scoliometer, moiré topography,
humpometer, plumb line test, akurasi pemeriksaan tapis mencapai 93.8%
(sensitivitas) dan 99,2% (spesifisitas).
Kapan
kira-kira perlu ke dokter? Pemeriksaan ke dokter perlu dilakukan ketika
- Bahu tidak sama tinggi
- Tonjolan scapula tidak sama tinggi
- Lipat pinggang tidak sama tinggi
- Panggul tidak sama tinggi
- Jarak siku ke batang tubuh tidak sama
- Tonjolan punggung atas/bawah kanan dan kiri tidak sama tinggi.
Scoliosis
dapat diobati, tujuannya adalah untuk menghentikan pertambahan kurva scoscoliosi,
menjaga keseimbangan tulang belakang, mengurangi nyeri, melakukan koreksi
scoliosis.
Ada
beberapa pengobatan Scoliosis yang dapat dilakukan sesuai dengan sudut. Untuk
sudut yang kurang dari 30° bisa dilakukan observasi dengan latihan fisik, untuk
sudut 30-40° dilakukan orthosis atau brace sedangkan untuk sudut yang melebihi
40° pengobatan yang bisa dilakukan adalah melalui tindakan operasi. Semakin
cepat melakukan pengobatan, makan sudut akan semakin terkoreksi dengan sangat
baik.
Untuk
olahraga, bagi penyandang Scoliosis tidak ada batas dalam berolahraga. Tujuan
olahraga pada Scoliosis adalah mengurangi rasa pegal pada punggung. Selain itu
tujuan olahraga adalah untuk melatih core muscle. Olahraga yang bisa dilakukan
adalah berenang, yoga, pilates dan kick boxing.
Materi
yang disampaikan dokter Rizki benar-benar lugas dan mampu dipahami. Jujur, saya
tahu Scoliosis dari pelajaran IPA semasa SD dan SMP. Mengenai penyebab,
pengobatan dan mitos-mitos yang beredar saya kurang paham. Namun, melalui
Healthy Talk bersama dokter Rizki, kini saya jadi paham.
Testimoni
Pasien RS Premier Bintaro
Saat
Hospital Tour dan Healthy Talk di RS Premier Bintaro, saya sempat mengunggah
beberapa IG story. Tiba-tiba, ada orangtua murid di sekolah saya yang membalas
IG Story-nya yang saya buat.
Saya
lumayan kenal dekat dengan orangtua murid ini. Dan pernah ke fisioterapi untuk
membenarkan tulang kaki yang sempat sakit.
Dari
pengakuan, beliau dan suami sempat melakukan operasi pinggang dan leher di RS
Premier Bintaro. Dari testimoni yang diberikan, beliau puas dengan pelayanan
baik dari pegawai hingga nakes di RS Premier Bintaro. Luar biasa... Pantas saja
saat berkunjung, saya merasa nyaman dan trauma akan ketidakramahan petugas RS
terdahulu perlahan pupus. Terima kasih, RS Premier Bintaro....
semakin cepat penanganan scoliosis semakin cepat pemulihan ya kak
BalasHapus