Kalau
ngomongin soal beasiswa, saya termasuk orang yang mencari-cari dan
menantikannya. Tapi, dari SD sampai SMP saya tidak pernah dapat beasiswa.
Kebanyakan beasiswa diperuntukkan untuk siswa-siswi yang kurang mampu. Dan,
ekonomi keluarga yang cukup membuat saya tidak akan pernah mendapatkanya.
Namun
kesempatan itu hadir saat saya berada di level SMA, tepatnya SMK. Sebagai sekolah
yang berada di bawah yayasan angkatan laut, kami dididik agak agak semi
militer. Selain ada bantuan yang diperuntukkan bagi siswa kurang mampu. Ada
juga beasiswa yang diberikan kepada siswa berprestasi khususnya untuk siswa
dengan predikat juara umum.
Dan...
Akhirnya saya mendapatkan beasiswa tersebut setelah tiga tahun berturut-turut
menjadi juara kelas dan dapat predikat juara umum. Beasiswa yang diberikan oleh
sekolah adalah uang tunai dengan nilai yang lumayan. Saat itu, sebagian uang
beasiswa saya gunakan untuk membeli sepatu persiapan uji kompetensi.
Saat
kuliah di Bogor, saya mendapatkan dia beasiswa. Satu beasiswa berasal dari
lembaga asuransi syariah dan satu beasiswa berasal dari kementerian. Tepatnya
kementerian apa saya sudah tidak ingat.
Pernah
saya apply beasiswa untuk kalangan yang kurang mampu. Melihat kondisi
saya saat itu dan kondisi teman-teman seangkatan yang rata-rata mampu, saya
begitu percaya diri untuk berhak menjadi penerima. Apalagi kalau ngobrolin
kiriman uang untuk kebutuhan sehari-hari, saya agak minder. Bayangkan uang
kiriman teman dari kampung bisa dua hingga tiga kali lipat dari uang kiriman
orangtua saya. Makanya saya makin percaya diri untuk apply....
Hingga
tibalah waktunya wawancara....
Saat
diinterview, pewawancara bertanya perihal kiriman orangtua, digunakan untuk apa
saja. Apakah setiap bulan ada sisa uangnya dan pertanyaan lainnya. Saat ditanya
apakah ada sisa saya mantap menjawab, saya ada sisa Dan jawabanku saat ditanya
apakah ada sisa uang, saya menjawab dengan yakin, ada sedikit tabungan dari
sisa kiriman orangtua disimpan dalam bentuk tabungan. Meskipun uang kiriman
orangtua tidak sebanyak teman-teman seangkatan, tapi saya tetap berniat
menyisihkan untuk jaga-jaga kalau ada apa apa di kemudian hari.
Saat
wawancara, saya berkumpul dengan mahasiswa lain. Dari cerita mereka saya
langsung jiper ternyata kondisi mereka benar-benar memerlukan beasiswa.
Ada mahasiswa yang dikirim orangtuanya dua bulan sekali tergantung panen. Ada
juga yang harus hidup dengan uang yang tidak seberapa. Di situ, saya paham
kalau kondisi saya tidak seburuk yang saya bayangkan. Dan, saat pengumuman nama
saya tidak tercantum. Saya lega bukan main.
JNE
dan Beasiswa
Meskipun
bergerak di bidang ekspedisi, JNE berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat luas. Hal ini bertujuan untuk membentuk ekosistem
yang dapat menghasilkan manfaat dan kolaborasi yang berkelanjutan. Dengan
tagline Connecting Happiness, JNE berupaya mengantarkan kebahagiaan tidak hanya
melalui pengiriman paket yang menjangkau semua lapisan masyarakat. JNE juga menyebarkan
kebahagiaan di bidang lain. JNE pernah membagikan kebahagiaan untuk perayaan
Imlek di kota-kota tertentu. Memberikan semangat kepada UMKM baik dari segi
pelatihan atau memberikan promo pengiriman, di bidang olahraga JNE ikut serta
dalam kompetisi futsal dengan menjadi bagian dari klub Cosmos FC. Dalam bidang
edukasi, JNE juga ikut berkontribusi salah satunya dengan memberikan donasi
beasiswa.
Bhinneka
Tunggal Ika di JNE Bersama SMK Bakti Karya Parigi Pangandaran
Beberapa
waktu yang lalu, JNE memberikan donasi beasiswa untuk SMK Bakti Karya
(SBK) Parigi Pangandaran. Sekolah ini
merupakan sebuah yayasan pendidikan yang menyediakan beasiswa penuh bagi siswa-siswi
dari seluruh penjuru nusantara, dengan latar belakang budaya yang beragam yang
mewakili ke Bhineka Tunggal Ika-an Indonesia.
Pada
Selasa, 19 Juli 2022 bertempat di Ballroom kantor JNE Jl. Tomang Raya 11,
Jakarta Barat, siswa-siswi dari SMK Bakti Karya Parigi melakukan office tour
dan juga berkenalan dengan M. Feriadi Soeprapto selaku Presiden Direktur JNE,
Doedi Hadji selaku Head of Marketing Communication JNE, Ayung Prasetyo selaku
Human Capital Operation Division Head. Ada juga Kang Maman Suherman selaku
pegiat literasi yang selalu menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman di
Indonesia dengan memberikan banyak sekali inspirasi dan motivasi untuk seluruh
siswa/i yang hadir.
“Dalam
menjalankan bisnis, langkah JNE akan tetap memberikan kebahagiaan bagi
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan semangat Connecting
Happiness. JNE akan berkomitmen untuk terus memberikan manfaat yang
seluas-luasnya dan sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia. Salah
satunya adalah memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dengan keunikan dan
kekhasan siswa-siswi SMK Bakti Karya Parigi Pangandaran yang berasal dari
berbagai suku dan daerah Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke, “ ujar M.
Feriadi Soeprapto selaku Presiden Direktur JNE,
“Tahun
ini, siswa-siswi SMK Bakti Karya memasuki angkatan ke 7 kelas multikultural yang
berasal dari 7 kota, yaitu Jayapura, Sorong, Ambon, Kupang, Ujungpandang,
Palembang dan Pekanbaru. SBK merupakan sekolah multikultural yang membuka
beasiswa bagi siswa yang ingin mengenyam pendidikan di sekolah ini,” ucap Ai
Nurhidayat selaku pendiri SMK Bakti Karya (SBK) Parigi Pangandaran. ”Kami
membuka akses beasiswa penuh dengan melibatkan publik seluas-luasnya agar
transparan diketahui segala proses belajar mengajar serta memberikan kesempatan
kepada siswa bersekolah selama 3 tahun,” lanjutnya.
Ai
berharap program ini dapat menemukan pola pembelajaran kontekstual dan
menghargai karakteristik budaya yang menempel pada masing-masing siswa dari
beragam suku. Di sini, semua orang bukan semata-mata sekadar berburu ilmu atau
nilai saja sekolah ini bukan tempat mencari penghidupan, lebih jauh dari itu,
kami justru memperoleh bahagia di sini. Kebutuhan yang paling kami cari adalah
rasa damai, hidup rukun dan selaras dengan ruang hidup. Kami menemukannya di
sini. “
Kang
Maman menerangkan, “Banyak cerita di antara yang sering dikirimi buku pelajaran
atau buku rohani dari beragam suku yang ada di Indonesia untuk saling berbagi
dengan yang berbeda suku dan agama. Bahwa di Indonesia ke-Bhineka Tunggal
Ika-an itu sangat luar biasa, berbeda bahwa kita satu dengan keberagaman ini
dan tidak Bhineka maka tidak Indonesia.”
Lebih
dalam lagi Kang Maman bertutur, “Dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan
setiap individu harus memiliki aksi empati, bagaimana perhatian orang lain
untuk saling mendukung terhadap sesama yang membutuhkan seperti halnya yang
dilakukan JNE kepada SMK Bakti Karya Parigi. Dan empati bukan hanya persoalan
kita bersimpati kepada orang dan apa yang dirasakannya. Bahwa Empati itu adalah
empat suku kata yang dibelakang nya, dan JNE dapat bertahan selama 32 tahun
karena rajin silaturahmi, berbagi, memberi dan menyantuni.”
32
Tahun, bukan waktu yang sebentar untuk JNE hadir dan menyebarkan kebahagiaan
melalui bentuk empatinya. Dan Connecting Happiness akan tetap menjadi
tagline yang tidak sekadar tagline. Keren sekali JNE! Saluuut.....