Tahun 2017, tujuh tahun silam saya berkesempatan untuk mengisi salah satu pelatihan untuk guru di salah satu daerah Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten Landak.
Selama pelatihan saya menginap di salah satu hotel yang lokasinya berdekatan dengan terminal dan pasar tradisional di daerah Ngabang Landak. Berhubung pihak hotel tidak menyiapkan sarapan pagi, saya berkeliling pasar tradisional yang memerlukan waktu sebentar dari hotel.
Pasar utama yang terdiri dari ruko hanya beberapa yang buka. Itu pun ruko-ruko yang menjual sembako. Di depan ruko-ruko penjual sayur, buah, dan jajanan pasar hadir membuat saya lega karena bisa sarapan buah dan kue kue khas jajanan pasar.
Ada yang membuat saya tertegun dengan penjual sayur dan buah-buahan di daerah ini. Saat saya tanya rupanya mereka membawa sayur dan buah sejak dini hari karena tempat bermukim mereka yang jauh dan memerlukan waktu tempuh hingga dua jam lebih.
Dari sekian banyak penjual sayur dan buah, ada beberapa buah-buahan unik yang belum saya lihat sebelumnya. Ada durian hutan khas Kalimantan yang berukuran kecil dan saat dibuka berwarna jingga.
Ada satu buah lagi yang seumur hidup baru saya lihat di Ngabang Kalimantan. Buah yang mirip belimbing dan berwarna merah. Saat saya cek google buah belimbing ini biasa disebut belimbing darah.
Sebagai orang Indonesia, kita wajib bangga karena Indonesia memiliki berbagai buah endemi yang hanya tumbuh di wilayah tertentu atau memiliki karakteristik unik di nusantara termasuk di daerah Kalimantan.
Buah-buahan ini mencerminkan keanekaragaman hayati Indonesia dan menjadi bagian dari kekayaan alam yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Pelestari Buah Langka
Pentingnya menjaga dan melestarikan buah-buahan langka ini menjadi salah satu bagian penting dalam upaya pelestarian lingkungan. Buah-buahan lokal ini menjadi salah satu sumber pangan bagi masyarakat lokal yang semakin lama tidak dilestarikan.
Makanya saya salut dengan perjuangan Mohammad Hanif Wicaksono dalam menjaga dan melestarikan buah langka di Kalimantan.
Mohammad Hanif Wicaksono adalah seorang aparatur sipil negara yang berasal dari Blitar, Jawa Timur, dan telah mengabdikan dirinya untuk melestarikan buah-buahan langka khas Kalimantan Selatan.
Lahir pada 18 Agustus 1983, Hanif memulai profesinya sebagai guru di sebuah SMP di Batu, Malang dan memutuskan pindah ke Kalimantan Selatan sebagai penyuluh Keluarga Berencana.
Melihat kekayaan flora di Kalimantan Selatan, Hanif mulai tertarik dalam melestarikannya terutama buah-buahan khas Kalimantan yang mulai langka.
Melalui akun Tunas Meratus, Hanif membagikan kegiatan melestarikan aneka buah-buahan ini dengan menjelajahi hutan Kalimantan. Terhitung sudah lebih dari 150 jenis buah langka Kalimantan mampu Hanif selamatkan dari kepunahan.
Sehingga tidak mengherankan pada tahun 2018, Mohammad Hanif Wicaksono menerima penghargaan Semangat Astra Terpadu (Satu) Indonesia Award.
Kekonsistenan Mohammad Hanif Wicaksono pun masih berlanjut dan membawanya mendapatkan penghargaan Kalpataru bidang Pengabdi Lingkungan, yang merupakan anugerah lingkungan hidup tertinggi di Indonesia pada tahun 2019 lalu.
Dari kisah Mohammad Hanif Wicaksono, sang pelestari buah langka. Kita jadi banyak belajar bahwa tugas menjaga dan melestarikan lingkungan tidak semata menjadi tugas pemerintah atau lembaga lingkungan namun menjadi tugas kita bersama sebagai makhluk Tuhan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar